Dan ini… yang sekarang dia rasakan dari pantulan dirinya di cermin adalah perasaan dingin pekat di sekujur tubuhnya. Bulu-bulu kuduknya merinding seketika. Penasaran, Sekar menatap matanya lekat-lekat di dalam cermin. Tidak ada bayangan yang datang. Tidak ada sepenggal adegan yang Tuhan putar untuknya kali ini. Tapi sebagai gantinya, perasaan tak enak itu semakin jelas dia rasakan.
Sesuatu tiba-tiba meliliti bagian dalam perutnya. "Aaargh!" pekik Sekar tak kuasa menahan semua yang dia rasakan. Perasaan apa ini Tuhan? Apa ini… apa ini waktunya… untukku?
***
Sekar tidak punya banyak waktu. Ia harus segera menemukan seseorang yang dibencinya, seseorang yang membuatnya tidak mau berkompromi dengan cinta: ayahnya. Tapi, ia dicegah oleh Rama. Bukan karena Rama tidak suka, melainkan karena ia adalah satu-satunya orang yang paling tidak rela membiarkan Sekar berkelana sendirian. Mereka berdua pun memulai pencarian. Bisakah mereka menemukan ayah Sekar sebelum… waktunya habis?