“Tahun lalu, akhirnya aku terpilih menjadi penulis terfavorit. Aku senang sekali saat itu,” kata Ifa.

Ina menggeram dalam hati. Pikirnya, Ifa-lah yang menghalangi Ina untuk menjadi penulis. Ina yakin, gara-gara Ifa, penerbit menolak naskahnya sampai berkali-kali!

Sementara itu, Ifa bertanya-tanya sendiri. Di sekolah, Ina sudah tidak menyapanya selama dua hari. Apakah mereka akan terus terus bersahabat, meskipun saling bersaing?

Apakah Ina mau memaafkan Ifa? Baca kelanjutannya di buku ini!