IMAJINATIF. Lincah dan semaunya, seperti dalam komik atau film kartun. Ini yang kita tangkap, saat membaca cerita tokoh-tokoh dalam dongeng 1001 malam yang dicampur-campur, alurnya dibelokkan dan dirombak oleh Nugraha Wasistha. Petualang jagoan Sinbad bertemu dengan maling remaja Ali Baba, lantas Aladdin yang kehilangan teko ajaibnya. Hemm, tapi tetap, sarat pesan dan muatan moral atas nama dakwah.
Beberapa adegan memang dikembangkan oleh penulis dengan sebebas-bebasnya. Umpamanya saja nih, monolog Aladdin yang bertutur tentang proses penemuan teko berisi jin di dalam piramida. Masa jin lampu penghuni teko keluar dengan tetesan darah yang mengenai tekonya. Hehe, liar kan?
Upaya dakwah tokoh-tokohnya boleh diacungin jempol. Sinbad berusaha meluruskan perompak Blackbeard, juga mendakwahi si Ali Baba. Lantas Aladdin yang hendak bertobat, kembali ke jalan Allah. Caranya dengan memusnahkan teko yang dirampas oleh istrinya sendiri.
Serunya lagi, banyak adegan pertarungan yang sudah ditata betul oleh penulisnya. Dari pembukaan saja, Sinbad yang sudah jadi mubalig berantem sama perompak di atas kapal, lalu Sinbad mengejar-ngejar Ali Baba yang licin seperti kancil, dengan selipan-selipan konyol. Juga perjalanan tiga tokoh tadi
... Baca Selengkapnya