Tingginya angka kejadian bencana di Indonesia beberapa tahun terakhir ini membuat prevalensi penderita stres pasca-trauma diperkirakan meningkat. Diperkirakan sekitar 50% penduduk di daerah bencana mengalami stres psikologis yang berarti. Sekitar 10-30% dari mereka yang mengalami peristiwa traumatik itu akan menderita gangguan stres pasca-trauma. Dulu, jauh sebelum pengobatan modern dan psikoterapi dikenal, bagaimana nenek moyang kita bisa sembuh dari trauma? Ketika jari kita tersayat pisau, kita tinggal memberinya obat merah dan membalutnya dengan plester, lalu luka itu akan pulih sendiri bahkan tanpa meninggalkan bekas sedikit pun. Lalu mengapa ketika pikiran atau hati kita terluka akibat pengalaman-pengalaman pahit, rasanya sulit sekali untuk sembuh? Yang timbul malah trauma, depresi, atau dendam. Adakah suatu mekanisme bawaan lahir untuk menyembuhkan pikiran dan emosi, seperti yang dimiliki tubuh fisik kita? Ternyata ada: JALAN KHAKI! Jalan kaki-- sebuah terapi bilateral yang telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sepanjang sejarah-- memungkinkan emosi sembuh secepat kemampuan badan untuk pulih. Dalam buku ini, Thom Hartmann menjelaskan bahwa saat kita berjalan, yang melibatkan dua sisi tubuh, kita secara simultan mengaktifkan sisi kiri dan kanan otak. Kondisi ini memungkinkan dua sisi otak untuk bersatu mematahkan belenggu pikiran dan membebaskan penderita dari stres pasca-trauma dan depresi. Pujian: "Buku ini merupakan resep untuk kesehatan mental yang tidak memiliki efek samping. Berjalan kaki, seperti halnya menggambar, adalah aktivitas manusia yang menenangkan otak dan membangkitkan pemahaman lebih dalam .... Belilah beberapa eksemplar, Anda pasti akan memberikannya untuk teman-teman."