Seorang teman pernah mengeluh: "Aku rindu berdoa dengan khusyuk. Sering kali aku mulai, tetapi susah bertekun, cepat bosan. Ada apa gerangan?" Setelah cukup lama berbincang, kami menemukan sebab utamanya. Penyebab utamanya adalah doa yang kita panjatkan sering kali hanya doa "dari leher ke atas". Doa semacam ini bisa dikatakan sebagai doa yang terlalu cerebral (ungkapan pikiran) sehingga menjadi doa yang kurang sensual (ungkapan hati melalui "senses"/pancaindra). Meskipun demikian, pikiran tidak bisa diartikan sebagai "pengganggu" doa. Pikiran sungguh-sungguh menjadi unsur pembantu dalam doa. Namun, jika peranannya dibiarkan terlalu dominan, doa akan mudah menjadi terasa kering, hambar, dan membosankan.