"Hey, dia bukan santri, tapi ustadz," bisik Syariah.
Laura sedikit mrengut.
"Napa? Nyesel, naksir ustadz itu?"
"Iya, nyesel. Nyesel duduk di belakang. Tahu gini, aku milih duduk di depan," ucap Laura dengan senyum saltingnya.
Itu mengawali masa-masa indah Laura. Apalagi surat yang ia titipkan lewat Ali untuk sang ustadz mendapat balasan. Laura merasa tak bertepuk sebelah tangan. Ia jadi penuh semangat. Sampai tiba-tiba muncul sosok Zahra, gadis masa lalu Ustadz Yahya, dan tiba-tiba juga mereka seperti dipertemukan sebagai berjodoh.
"Aku tidak menduga kalau ustadz bisa setega itu," Syariah menarik napas berat. "Terus kamu mau bagiamana? Apa mau menghentikan pernikahan itu?"
Hmm, apa iya Laura akan menghentikan pernikahan Ustadz Yahya dan Zahra? Kalau enggak, lantas apa yang akan dilakukan Laura?