Siapa yang tidak ingin menikah dan memiliki keluarganya sendiri?
Menikah bukan hanya memenuhi Sunnah agama, tetapi juga memenuhi fitrah manusia itu sendiri.
Namun, seberapa pun ingin lekas, pernikahan haruslah dipersiapkan dengan baik.
Perspektifmu dalam memililih pasangan, akan mencerminkan seperti apa dirimu.
“Barang siapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendakhlah ia bertakwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi” (HR Al-Thabarani).
Namun, meskipun begitu, jangan anggap penikahan sebagai akhir hidup.
Dalam pernihakan, kau akan belajar melihat berbagai permasalahan dalam berbagai sudut pandang, sudut pandangmu, suami, juga anak-anakmu…
Lantas, apa sajakah yang harus diperhatikan saat mempersiapkan pernikahan?
Bagaimana caranya memosisikan diri sebagai istri dan ibu yang baik dalam sebuah keluarga?
Serta, bagaimana pandangan Islam terhadap keduanya?
Bagaimana mungkin seseorang hidup dengan dirinya sendiri, lantas berharap semua kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi, tanpa seorang pun yang jadi perantara atas itu?
Dalam Islam, dijelaskan berkali-kali, bahwa kita harus menjaga tali silaturahmi di antara sesama.
Meskipun begitu, menjalin hubungan dekat dengan sembarang orang juga tidaklah baik.
“Seseorang itu bergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR Ahmad & Al-Tirmidzi)
Berteman dengan seseorang juga ada adabnya dalam Islam, membiarkannya mendengarkan segala keluh kita, tanpa memberinya ruang untuk bercerita juga termasuk sikap egois.
Lantas, adab apa lagi yang harus kita perhatikan saat berteman?
Buku ini akan mendesripsikannya untukmu.
Bagaimana mungkin seseorang hidup dengan dirinya sendiri, lantas berharap semua kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi, tanpa seorang pun yang jadi perantara atas itu?
Dalam Islam, dijelaskan berkali-kali, bahwa kita harus menjaga tali silaturahmi di antara sesama.
Meskipun begitu, menjalin hubungan dekat dengan sembarang orang juga tidaklah baik.
“Seseorang itu bergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR Ahmad & Al-Tirmidzi)
Berteman dengan seseorang juga ada adabnya dalam Islam, membiarkannya mendengarkan segala keluh kita, tanpa memberinya ruang untuk bercerita juga termasuk sikap egois.
Lantas, adab apa lagi yang harus kita perhatikan saat berteman?
Buku ini akan mendesripsikannya untukmu.
Bagaimana mungkin seseorang hidup dengan dirinya sendiri, lantas berharap semua kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi, tanpa seorang pun yang jadi perantara atas itu?
Dalam Islam, dijelaskan berkali-kali, bahwa kita harus menjaga tali silaturahmi di antara sesama.
Meskipun begitu, menjalin hubungan dekat dengan sembarang orang juga tidaklah baik.
“Seseorang itu bergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR Ahmad & Al-Tirmidzi)
Berteman dengan seseorang juga ada adabnya dalam Islam, membiarkannya mendengarkan segala keluh kita, tanpa memberinya ruang untuk bercerita juga termasuk sikap egois.
Lantas, adab apa lagi yang harus kita perhatikan saat berteman?
Buku ini akan mendesripsikannya untukmu.
Bagaimana mungkin seseorang hidup dengan dirinya sendiri, lantas berharap semua kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi, tanpa seorang pun yang jadi perantara atas itu?
Dalam Islam, dijelaskan berkali-kali, bahwa kita harus menjaga tali silaturahmi di antara sesama.
Meskipun begitu, menjalin hubungan dekat dengan sembarang orang juga tidaklah baik.
“Seseorang itu bergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR Ahmad & Al-Tirmidzi)
Berteman dengan seseorang juga ada adabnya dalam Islam, membiarkannya mendengarkan segala keluh kita, tanpa memberinya ruang untuk bercerita juga termasuk sikap egois.
Lantas, adab apa lagi yang harus kita perhatikan saat berteman?
Buku ini akan mendesripsikannya untukmu.
Bagaimana mungkin seseorang hidup dengan dirinya sendiri, lantas berharap semua kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi, tanpa seorang pun yang jadi perantara atas itu?
Dalam Islam, dijelaskan berkali-kali, bahwa kita harus menjaga tali silaturahmi di antara sesama.
Meskipun begitu, menjalin hubungan dekat dengan sembarang orang juga tidaklah baik.
“Seseorang itu bergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR Ahmad & Al-Tirmidzi)
Berteman dengan seseorang juga ada adabnya dalam Islam, membiarkannya mendengarkan segala keluh kita, tanpa memberinya ruang untuk bercerita juga termasuk sikap egois.
Lantas, adab apa lagi yang harus kita perhatikan saat berteman?
Buku ini akan mendesripsikannya untukmu.
Bagaimana mungkin seseorang hidup dengan dirinya sendiri, lantas berharap semua kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi, tanpa seorang pun yang jadi perantara atas itu?
Dalam Islam, dijelaskan berkali-kali, bahwa kita harus menjaga tali silaturahmi di antara sesama.
Meskipun begitu, menjalin hubungan dekat dengan sembarang orang juga tidaklah baik.
“Seseorang itu bergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR Ahmad & Al-Tirmidzi)
Berteman dengan seseorang juga ada adabnya dalam Islam, membiarkannya mendengarkan segala keluh kita, tanpa memberinya ruang untuk bercerita juga termasuk sikap egois.
Lantas, adab apa lagi yang harus kita perhatikan saat berteman?
Buku ini akan mendesripsikannya untukmu.