Apa sih sebab mendasar kita membenci matematika?
Memikirkan ulangan matematika yang bisa bikin kepala cenat-cenut?
Atau rumus-rumusnya yang seabrek bin njelimet bikin kening berkerut-kerut?
Apa itu karena guru killer yang justru bikin kita galau akut?
Padahal jika kita bisa memahami sebab mendasar yang menjadi alasan kita
tidak suka, kebencian itu pun dapat bermetamorfosis menjadi cinta seperti yang
dialami oleh salah seorang matematikawan terpintar di dunia. Itu juga yang
terjadi dalam kisah-kisah di buku ini: tak ada kebencian abadi untuk matematika
jika kita dapat mengelolanya.
Buku ini tidak hanya untuk para siswa, tetapi juga untuk guru, orangtua,
mentor atau siapa pun yang tertarik pada matematika. Mereka bisa banyak
belajar, berevaluasi diri, dan berkaca pada kisah-kisah yang dialami para penulis
yang kesemuanya berhubungan dengan matematika. Seperti kisah
ketertarikan
penulis terhadap matematika, kiat-kiat mengajar dan belajar matematika
yang menyenangkan, serta berbagai hal menarik yang mungkin
luput dari
perhatian kita?walaupun sering kita alami dalam detik kehidupan
kita bersama
matematika.
Pada akhirnya kita tidak dapat mengelak, bahwa dalam kebencian terhadap
matematika itu sebenarnya kita memendam kecintaan terhadapnya.