“Bom atom menghancurkan rumah kami yang besar dan membunuh ayahku. Kakakku kehilangan kupingnya dan adik perempuanku kehilangan sebelah matanya,” kenang Baba. Masao Baba hanyalah satu di antara anak-anak korban bom atom yang menghancurkan Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Dalam buku ini 29 anak, lewat kalimat-kalimat yang polos dan sederhana, menggugah kita untuk turut merasakan kegetiran, ketakutan, kebingungan, serta kemarahan mereka atas apa yang terpaksa mereka jalani. Perang telah merenggut orangtua, kakak, adik, kerabat, dan teman. Trauma dan bekas luka pikadon melekat ke mana pun mereka pergi. Walau begitu, mereka terus menyimpan harapan serta doa yang tulus agar perang dan bom atom tak terulang lagi. “[...] aku berkata kepada diriku bahwa tidak boleh lagi ada peperangan, dan aku berdoa agar semua negara di dunia menjadi teman yang ceria dan rukun,” bisik Taeko Matsumoto. OSADA ARATA, Lit.D, PhD (1887-1961) lahir tanggal 1 Februari 1887. Ia lulus dari Departemen Filsafat Universitas Kyoto dan meraih gelar Doktor pada 1919. Ia pernah menjabat sebagai Presiden Hiroshima University of Humanities and Science, dan Dekan Hiroshima Higher Normal School.