Dalam sajak-sajak Oka Rusmini, warna lokal
mencapai perluasan karena dibangun dari akarakar
tradisi yang mencerminkan kedudukan
manusia di tengah alam dan budaya tempatan.
Dunia esoterik tidak hadir dalam keterasingan,
tetapi hadir secara meriah dan tajam karena
ia tidak hanya menyajikan segi-segi eksotisme,
tetapi justru mengasah kritik sosial yang
mencerminkan kepedulian terhadap dunia nyata.
—Korrie Layun Rampan, Angkatan 2000 dalam
Sastra Indonesia, 2000.
Menulis bagi saya adalah semacam upacara
penundaan kematian. Dengan sajak, saya bisa
berdialog dengan hidup. Berkompromi dan
berpikir tentangnya: menyadari bahwa saya
benar-benar manusia.
—Oka Rusmini, “Prolog”, 2006