Prolog Nonang Nonang: Budaya Batak Tak Boleh Mati! (Dr. Hinca IP Pandjaitan XIII SH MH ACCS)
Suatu malam di tepi Danau Toba
Menunggu masa akan bersua
Kita akan di sana bersama
Sada borngin di topi tao toba
paima tingki laho jumpang
asa rampak hita disi
Suku bangsa Batak sejatinya adalah masyarakat bersastra. Sejak dulu semua prosesi dalam acara-acara adat dan berbagai kehidupan sosial lain selalu diungkapkan lewat umpasa-umpasa dan umpama, yang dalam pelajaran sastra modern tergolong jenis puisi. Sayangnya, puisi dalam bahasa Batak terbilang langka.
Buku Situriak Nauli menampilkan puisi-puisi yang ditulis dalam dua bahasa Batak-Indonesia. Dilengkapi dengan foto-foto tanah Batak yang indah, kumpulan puisi ini dapat mengobati kerinduan akan tanah Batak sekaligus memanggil kembali putra-putri Batak yang telah lama pergi untuk menjenguk kampung halaman. Kehadiran buku Situriak Nauli ini juga merupakan salah satu cara dan bentuk nyata untuk melakukan revitalisasi budaya, dalam hal ini sastra/bahasa Batak.