Tragedi tahun 1998 tidak akan pernah hilang dari ingatan Sari. Tak hanya kehilangan bapak yang tertuduh sebagai dukun santet, Sari juga kehilangan paman sekeluarga—yang seketika pergi meninggalkan kampung lantaran mendapat stigma. Untuk mencari jawaban atas kematian bapaknya, Sari menuliskan daftar nama orang yang ikut mengarak pembantaian bapaknya pada selembar kertas. Karena mengharapkan bantuan, ia bagikan kertas tersebut kepada dua sahabatnya, Rama dan Ahmad. Pencarian itu rupanya tidak hanya membawa Sari bergabung dalam sanggar tari gandrung yang penuh rahasia, tetapi juga mengubah persahabatan Sari-Rama-Ahmad menjadi kisah cinta yang rumit. Cinta yang akhirnya menuntun mereka bertiga kembali pada tragedi di tahun kelam itu.
*** “Sebagai dokter sekaligus penulis, stetoskop Intan Andaru berfungsi ganda. Ia pergunakan itu untuk menganalisis sakit ragawi dan non ragawi manusia. Karya-karyanya merupakan perpaduan dari pembacaan jarak jauhnya tentang manusia dan pertemuannya dengan ragam manusia yang dilengkapi keluh-kesah dari hati ke hati. Dalam karya ini, ia melengkapinya juga dengan pengalaman serta trauma latar kota kelahirannya—Banyuwangi. Tak heran bila karya ini menarik.” (Sujiwo Tejo—Budayawan)