Saban mendekati pergantian kekuasaan, sebutan Satrio Piningit selalu muncul ke permukaan. Sebutan itu tidak jelas menunjuk siapa dan berasal dari mana. Sebutan ini mengembara ke mana-mana, sebelum akhirnya berlabuh pada sosok tertentu yang kelak memerintah. Untuk itu, Satrio Piningit tidak saja mengusung makna seseorang, tetapi juga sekaligus wacana.

Satrio Piningit adalah harapan. Dia dilukiskan sebagai sosok yang anggun, agung, moralitasnya tidak dipertanyakan, menyatu dengan rakyat, berjuang bersama rakyat, dan mengupayakan kesejahteraan bagi rakyat. Maka ketika terpilih menjadi pemimpin rakyat atributnya berganti menjadi Satrio Pinilih, dia juga disebut sebagai Ratu Adil. Representasi dari keadilan di jagad manusia.

Sebagai sebuah harapan, sosok Satrio Piningit bebas nilai. Tidak disoal dia dari kalangan jelata atau ningrat, dia berasal dari rakyat miskin atau golongan orang kaya, juga tidak penting dia berwajah ganteng atau jelek rupa. Hanya ada empat syarat sebagai tengara dia adalah pemimpin yang bersemi di hati rakyat, yaitu moralitasnya baik, tingkah lakunya baik, tegas, berani demi rakyat.

Pentingnya membaca buku ini, adalah mengabadikan harapan dalam diri kita masing-masing. Harapan bahwa masih tersisa sanubari dalam segelintir masyarakat kita, untuk membawa bangsa ini menuju perubahan yang lebih baik. Untuk menjadi bangsa yang bermartabat.