Periode cerita novel ini dimulai ketika Tan Sui Tak yang biasa dipanggil Atak datang naik tongkang/perahu dari daratan Tiongkok, dan masih berambut panjang dikuncir. Akibat terserang tipus, rambutnya gugur dan harus dipotong pendek, disebutlah ia "botak" (gundul).
Dengan tujuh keping emas yang dibawa dari kerja kerasnya di Tiongkok, Atak mampu membeli tanah empat hektar di Deli (sekarang: Kota Medan sekitarnya) yang mereka sebut "tanah harapan". Berkebun sayur, memelihara babi, dan berjualan keliling dari pasar ke pasar. Ketika zaman penjajahan, orang-orang Tionghoa dijadikan sebagai masyarakat kelas dua. Mereka tidak dianggap oleh kaum bumiputra; dianggap`merampas' kesampatan kerja yang seharusnya bisa
dikerjakan oleh kaumbumiputra. Para pendatang ini dianggap `parasit' di Deli. Namun taksemua. Ketika masa Perang kemerdekaan (1940-an), banyak warga Tionghoayang ikut berjuang merebut kemerdekaan Indonesia, yang mereka anggapsebagai negeri sendiri. Atak, justru punya pasukan sendiri, yang kebanyakan adalah warga Tionghoa.
Kisah cinta Atak dan A Lin, yang kemudian menjadi "cinta segitiga" denagan A Hong sejak dari tanah leluhur mereka. Sedikit mewarnai novel ini. Bagaimana A Lin dijadikan pelacur di sebuah rumah pelacuran, yang akhirnya diselamatkan oleh A Hong dan Atak, di tengah malam buta. Atak harus rela A Lin menikah dengan A Hong karena secara diam-diam A Hong sejak di tanah leluhursudah mencintai A Lin yang ketika itu adalah pacar Atak. Hanya A Hong yang mau menikahi A Lin yang bekas pelacur.
Keranjang
