Usaha penerjemahan ke-12 cerpen Korea (Selatan) dalam buku Laut dan Kupu-kupu ini, tidak hanya untuk memperkenalkan sebagian khazanah kesusastraan negeri ginseng itu, tetapi lebih jauh lagi, membuka cakrawala baru tentang konsep cerpen sebagai representasi kebudayaan masyarakatnya. Ke-12 cerpen yang diterjemahkan ini mewakili perjalanan cerpen Korea sejak perang Korea tahun 1950, zaman industrialisasi, gerakan rakyat nasionalis, hingga imajinasi baru abad 21. Dalam buku ini terlihat representasi dinamika sosial-budaya masyarakat Korea.
Kumpulan cerpen Laut dan Kupu-kupu adalah salah satu jendela dari sebuah rumah yang bernama kesusastraan dunia.