Apakah kematian secara definitif mengakhiri hidup ini?Apakah tiap hari kita lebih dekat dengan ketiadaan?Semua orang menghadapi pertanyaan itu, terutama kalau kematian tampak lebih mengancam seperti waktu perang; genoside, kecelakaan, epidemi, penyakit akut, dan sebagainya; atau ketika orang yang kita cintai meninggal dunia. Berbagai gerakan religius, merebaknya sekte, dan kembalinya paham reinkarnasi misalnya, memperlihatkan bahwa manusia zaman ini tetap dihantui pertanyaan yang sama.Sering orang beragama memberi kesan bahwa adanya hidup sesudah mati hanya bisa mereka kenal dan yakini, tanpa alasan lain kecuali kepercayaan religius mereka, padahal minat dan keingintahuan tentang dunia akhirat bersifat universal. Louis Leahy menerangi isu tersebut dengan pendekatan yang sekaligus bersifat historis, humanis, dan kritis. Antropologi filosofis yang mendasari seluruh pembahasannya membawa kita ke batas-batas terakhir refleksi tentang misteri manusia.
Prof. Dr. Louis Leahy, SJ adalah ahli filsafat kelahiran Kanada, tahun 1927. Dia pernah mengajar di Montreal dan Universitas Negeri Quebec sebagai guru besar tetap, dan di Universitas Ottawa serta Universitas Sudbury, Kanada, sebagai dosen tamu. Pada tahun 1968-1975, dia mengajar di Vietnam. Setelah diusir oleh komunis rezim Vietnam, dia mangajar sebagai dosen tamu di Institut Katolik Afrika Barat (Abidjan, Pantai Gading) dan di Sekolah Tinggi Filsafat Kanisius (Kinshasa, Zaire) hingga tahun 1979. Akhirnya dia diminta kembali ke Asia Tenggara, yakni Indonesia untuk meneruskan pekerjaannya sebagai dosen dan penulis. Sepuluh tahun pertama dia mengajar sebagai dosen tetap di I.K.I.P. Sanata Dharma, Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta). Pada tahun 1982 dia memberi kursus metodologi penelitian filsafat bagi para dosen Fakultas Filsafat UGM (Yogyakarta), serta ceramah-ceramah tentang filsafat manusia dalam rangka persiapan penataran pra S-3 di fakultas yang sama (1985). Mulai tahun 1990, dia mengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (Jakarta) sebagai dosen tetap, dan di Universitas Parahyangan (Bandung) sebagai dosen tamu, serta Universitas Indonesia (Jakarta) sebagai pambantu dalam program Pasca Sarjana Fakultas Sastra, mulai tahun akademis 1991-1992. Selain 18 buku filsafat (dalam bahasa prancis, Vietnam dan Indonesia), dia juga menulis banyak artikel dalam beberapa majalah filsafat di Barat maupun Timur. ...