“Mesra-mesraan apaan? Lo pikir gue mau sama cowok tengil kayak dia?”—Sania “Sori San, bukannya gue nggak suka sama lo, ya. Tapi, lo tinggiin dulu deh, tuh badan, biar serasi kalo jalan sama gue.”—Devan Tiada hari tanpa perang mulut antara Sania dan Devan. Bagi Sania, Devan itu superusil dan nyebelin. Bagi Devan, Sania itu sasaran empuk buat dijailin tiap hari. Namun, pertengkaran-pertengkaran itulah yang justru mendekatkan mereka. Dan, seperti yang sudah bisa kamu tebak, sahabat mana, sih, yang dengan gampang menghindari rasa cinta? Akan tetapi, cerita Sania dan Devan beda. Ini lebih sakit daripada sekadar friend zone, lebih pedih daripada kisah cinta bertepuk sebelah tangan. Hubungan mereka kian pelik karena masa lalu yang nggak kalah rumit. Mampu nggak ya, mereka mendapatkan akhir cerita bahagia?