Kenapa saya harus susah-payah berbahasa Indonesia dengan “Baik dan Benar,” padahal saya adalah orang yang bertanah-air Indonesia; berbangsa Indonesia; dan berbahasa Indonesia? Sebab berbahasa Indonesia tak semua orang kita dapat baik, apalagi benar, meskipun nyatanya lahir di Indonesia, besar di Indonesia dan ada kemungkinan dikuburkan di Indonesia. Tapi kenapa pula harus repot-repot dengan “Baik dan Benar”? Sebab sebuah bahasa akan menunjukkan bangsa.
Kira-kira begitulah apa yang ingin disampaikan Alif Danya Munsyi dalam kumpulan 29 tulisan ini; BAHASA MENUNJUKKAN BANGSA. Berbahasa menunjukkan bangsa berarti berbahasa senonoh untuk mencitrakan bangsa yang berbudaya; bersusila dan berpekerti, beradab dan berakhlak, bermodal dan beretika. Dalam maksud ini, ia menempatkan dirinya sebagai seorang munsyi. Munsyi, olehnya, dan bukan sebagai sarjana bahasa Indonesia. Sebab itu “dipahami pada komprehensi ganda antara seseorang dengan inklanasi kesukacitaan berbahasa Indonesia, dan karena itu terpanggil untuk menguasainya, dan seseorang yang tertantang untuk menghasilkan bentuk bahasa tulis yang kreatif dalam idealitas kepujanggaan di atas sifat-sifat kedibyaan budaya (halaman 3).”
Ke-29 tulisan ini dibagi ke dalam empat bagian. Bagian pertama diberi judul “Bahasa dan Kekenesan Berbahasa.” Bagian kedua diberi judul “Bahasa, Sastra, dan Seni Pertunjukan.” Bagian ketiga diberi judul “Bahasa dan Agama, “ sedangkan bagian keempat diberi judul “Bahasa dan Musik.” Semua tulisan ini berkata-kunci “bahasa.”
Bagian
... Baca Selengkapnya