Aku, Go Dok-mi, tak suka dengan dunia luar, bertemu orang-orang. Terlalu menakutkan. Lebih nyaman sendirian di apartemenku, mengerjakan ilustrasiku. Namun, pria tampan di seberang apartemenku membuatku ingin mencoba lagi. Aku selalu melihatnya lewat jendela kamarku. Aku tahu sarapan kesukaannya, kapan dia bekerja, dan binatang kesayangannya. Aku amat ingin melihatnya dari dekat. Tapi, apa dunia masih semengerikan dulu? Jika aku keluar, mencoba bertemu dengannya, apa segalanya akan baik-baik ...

Akhirnya mendapatkan momen untuk bertemu langsung dengannya, pria tampan seberang apartemenku. Tapi, aku lupa menanyakan namanya. Menyedihkan. Ini semua gara-gara sepupunya yang aneh itu, pria gila bernama Enrique. Enrique memang pembawa bencana. Gara-gara dia aku harus terjebak di desa terpencil, kelaparan, di tengah badai salju. Sekarang, aku harus bersabar lagi, karena dia tiba-tiba muncul di apartemenku untuk menumpang nonton TV. Dia berteriak mendukung tim kesayangannya. Tapi, kenapa ...

Sainganku, Rabin, nggak mendapat tempat tinggal, jadi mau nggak mau dia harus menginap di hotel. Lalu aku yang curiga Rabin dan Han Eum bersama, pergi mencari mereka dengan perasaan campur aduk. Padahal, saat itu mereka sedang ada di tempat sauna. Sem, aku nggak pernah menyangka kalau ternyata ada anggota Flower Boys di sana. Mereka mengirimkan foto wajahku dan Cheon Pung yang difoto lewat ponsel ke Do Ryeon ...!!! Apa yang harus aku lakukan?! Do Ryeon pasti marah besar .... ...

Satu kebohongan akan membuat kita terus menciptakan kebohongan lain. Daftar kebohonganku: 1. Mengaku punya pacar. 2. Mengaku bahwa Cheon Pung, kakak Han Eum adalah mantan pacarku. 3. Mengaku bahwa aku menyukai Do Ryeon, lalu mengajaknya berkencan. 4. Ada ide ...? Arrrgh!!! Gara-gara mulut bodohku, semua malah menjadi kacau. Haruskah aku segera membuat pengakuan dosa atau ... menambah panjang daftar kebohonganku itu??? Pilihan yang sulit. ...

Omong kosong. Gelombang cinta apanya ...?! Cih. Gelombang cinta yang aku pancarkan kepada Han Eum justru nggak mempan dan membuatku hampir gila. Belum lagi tragedi di rumah Han Eum yang menyebabkanku harus berbohong kepadanya. Dengan bodohnya, aku berkata bahwa Cheon Pung, kakak Han Eum, adalah mantan pacarku. Ini namanya bunuh diri!!!! ...

Apa salahnya memungut lagi makanan yang jatuh?! Kan, masih bersih. Tapi, cowok yang kutemui di supermarket dekat rumah itu malah mengataiku. “Dasar tante-tante jorok,” begitu katanya. Akhirnya, kami terlibat pertengkaran hebat di sana. Hupft ... aku nggak tahan lagi daaaaaannn PLUK!!! Aku melempar wajahnya dengan popok adik bungsuku. Mission complete!! Tapi siapa sangka, ternyata cowok itu kakaknya Han Eum, anak teman ibuku yang pintar dan jago olahraga. Kyaaa!!! Gimana, niiihh? ...