“Yang membedakan kita dengan anjing-anjing di luar sana, mereka tidak memiliki wadah yang bisa menyatukan mereka. Kalaupun kita melihat ada anjing berkelompok, yakinlah itu sebenar-benarnya bukan kelompok yang punya visi dan misi jelas. Sedangkan kita, memiliki alamisme, ada tujuan yang hendak dicapai. Oleh itu, serikat amat dibutuhkan sebagai jalan mewujudkan cita-cita alamisme demi tatanan kehidupan yang Bahagia. ...” Semuanya berawal ketika Jon muak menjalani kehidupan sebagai anjing peliharaan. Selanjutnya, ia kabur dari rumah majikan. Ternyata kehidupan liar yang bebas, masih belum cukup membahagiakannya. Dari semua keresahan itulah, Jon akhirnya melahirkan gagasan revolusioner, diberi nama alamisme, kemudian membentuk Serikat Anjing Mandiri. Prolog: Di mana pun dalam kota itu, Jon akan selalu berhenti melangkah setiap mendengar The Beatles. Seakan-akan lagu mengheningkan cipta yang perlu dihormati oleh anjing. Lagu-lagu The Beatles selalu menggiring ingatannya kepada masa lalu. Bagaimana wajah majikannya masih sangat jelas di kepala Jon. Akan tetapi, mengingat kembali bagaimana Ema mati, tidak perlu lagi Jon menyelesaikan The Beatles, ia akan cepat-cepat melanjutkan langkahnya. Panjang waktu Jon menjadi anjing peliharaan. Oleh itu, Jon cukup memahami bagaimana saat manusia bicara kepadanya. Majikannya telah merawat Jon sejak kecil hingga menjadi jantan akita amerika yang besar. Separuh bulunya hitam dan sebagian abu-abu. Jon memiliki lompatan yang tinggi, pernah menjadi juara pertama lari gawang tingkat anjing kota. Profil Penulis:; MAWAN BELGIA, berasal dari Mamuju, Sulawesi Barat. Lahir pada tahun pelik oleh krisis moneter. Penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa. Dua novelnya yang telah terbit, Sampah di Laut, Meira (2020) dan Bumi Hutan Tropis (2021). Sesekali juga menulis cerita pendek untuk tayang di media. Penulis selalu senang bila dapat terhubung dengan pembacanya di Instagram @mawan_belgia.