Suara pintu yang menutup erat, meskipun tidak dibanting dengan kasar, bergaung dalam kehampaan rumahku. Getarannya menghempaskanku ke kursi di samping meja dapur. Kopi dan serpihan porselin berserakan di lantai.
Aku menunggu pintu depan terbuka kembali. Aku menunggu jam weker berdering, membangunkanku dari mimpi buruk ini. Ketika mataku mulai berkunang-kunang, barulah aku tersadar, aku begitu mati-matian berusaha mendengar suara-suara yang kunantikan itu, sampai lupa bernafas.
Sungguh ironis. Sepanjang dua tahun terakhir, aku berhasil turun 65 kg. Separuh bobot tubuhku. Dan 20 menit lalu, suamiku yang sudah sepuluh tahun berumah tangga bersamaku, meninggalkan aku. Untuk wanita lain, yang berbobot dua kali berat badanku.