Buku Wani Ngalah Luhur Wekasane menjabarkan tentang salah satu filsafat Jawa yang penuh dengan hikmah dan ajaran mulia dari penyebar Islam awal di Indonesia. Sunan Kudus (Jafar Shodiq), telah menggubah tembang Mijil sebagai lentera bagi pencari kearifan jiwa dan hati.  `Mantra` Wani Ngalah Luhur Wekasane dapat berperan sebagai dokter yang melakukan operasi hati tanpa rasa sakit sedikit pun. Ajaibnya lagi, penyakit-penyakit yang lama bersemayam dalam hati, semua rontok dan tidak meninggalkan bekas. Asal wani ngalah, siapa pun Anda akan mendapatkan hasil luhur wekasane (mulia di kemudian hari).  Inilah jalan kembali kepada Tuhan yang tidak akan tersesat, tidak akan salah jalan. Buku Wani Ngalah Luhur Wekasane ini dimaksudkan untuk menyemai kembali jiwa dan hati kita yang semakin hari semakin layu, semakin carut marut. Setidaknya, itu tercermin dalam tatanan kehidupan yang semakin susah diatur. Kegundahan ini milik bersama, milik bangsa, dan milik umat Islam seluruhnya. Kita tidak seharusnya bersusah payah menjustifikasi globalisasi sebagai kambing hitamnya. Kita pun tidak seharusnya mengepalkan tangan sebagai tanda melawan dengan munculnya beragam isme yang tidak mencerminkan keluhuran budi dan tidak menuhankan Tuhan. Semua yang tergelar di bumi ini adalah titah-Nya untuk kita jadikan kitab besar sebagai bacaan jiwa. Bila jiwa semakin arif, sumeleh, dan hati semakin tunduk terhadap hukum-hukum-Nya, itu pertanda bahwa kita telah membaca dengan benar dari Kitab Bacaan-Nya yang Agung.