Nun hanyalah seorang gadis yatim yang bekerja sebagai pemain ketoprak. Ia yakin bahwa ia tak akan mampu bersanding dengan Naya, anak pengusaha terkaya di Solo yang sangat perhatian kepadanya. Nun pun merasa tak akan mampu meraih cinta Wiratno Sri Kameswara yang lebih tua lima belas tahun darinya, meski lelaki itu selalu menjadi kekasihnya di atas panggung. Di tengah kegetiran hidup dan kesengsaraan yang dijalani Nun dan ibunya yang menjadi pemulung, Nun dipaksa untuk mengerti bahwa setiap manusia merupakan cermin, yang memantulkan keburukan dan kebaikan pribadi masing-masing orang.