"Hikmah-hikmah dalam Al-Hikamini laksana wahyu Ilahi. Seandainya dalam shalat dibolehkan untuk membaca selain ayat-ayat Al-Qur`an, bait-bait dalam kitab ini sangat layak untuk itu," (Maula Al-'Arabi, Sufi).
K.H. A. Mustafa Bisri mendudukkan kitab ini sebagai "mutiara-mutiara cemerlang untuk meningkatkan kesadaran spiritual". K.H. Said Aqiel Siradj menilainya sebagai kitab yang "sangat penting untuk para pencinta jalan spiritual". K.H. Hasyim Muzadi memilihnya sebagai nama pondok pesantrennya di Malang (Al-Hikam). Begitu juga dai kondang Aa’ Gym, menjadikan kitab ini sebagai salah satu materi utama pengajiannya. Tak mau ketinggalan, penulis novel bestseller Ketika Cinta Bertasbih, Habiburrahman El-Shirazy, mengutip nama kitab ini sebagai salah satu bagian penting dalam alur novelnya.
Selain mereka, masih banyak lagi kiai, ulama, ustaz, mubalig, dan bahkan motivator yang mengutip hikmah-hikmah mendalam kitab karya Ibn Atha`illah ini. Kami sendiri menyebut kitab klasik ini sebagai "Kitab Babon (Induk) Spiritualisme Islam". Inilah mahkota sastra kaum sufi, kitab rujukan utama soal tasawuf di dunia pesantren nusantara yang memang tidak ringan untuk dipahami, namun terlalu sayang jika tidak diselami. Meskipun kitab ini berikut penjelasannya banyak diterjemahkan dalam berbagai versi, tetap saja kitab ini selalu dicari-cari orang.
Kenapa bisa seheboh itu? Jawabannya, karena kitab ini begitu tepat dan prinsipiil menohok diri kita soal bagaimana seyogianya kita menyikapi diri kita, kehidupan ini, dan sang Khalik. Ia laksana wahyu Ilahi yang sangat memukau penuh makna.