Dari Alasan Baru Tewasnya Kennedy, Perintah Membeli Semua Kolateral Indonesia, Dan Hanya Soekarno Yang Mengetahui Terputusnya Matarantai Kaum Illuminati
Buku ini adalah catatan jurnalistik investigatif mengenai sebuah hal yang sengaja ditutup-tutupi dan tidak diizinkan untuk terungkap luas oleh pihak internasional mengenai keterlibatan Indonesia (Soekarno) atas suplai dana untuk membiayai Federal Reserve dan lembaga moneter lainnya. Buku inilah yang membedakan mana antara harta amanah yang palsu yang sering didengang-dengungkan berbagai pihak oportunis dan mana harta amanah yang sesungguhnya. Dilengkapi dengan bukti-bukti dokumen resmi yang pernah dikeluarkan oleh UBS dan lainnya. Termasuk rangkaian PERTEMUAN tidak resmi dari Soekarno-Kennedy yang dipublikasikan oleh New York Times.
***
Temuan fakta jurnalistik yang diketemukan penulis buku ini sepatutnya membuka perspektif baru, bahwa ada peran lain Soekarno dalam kehidupannya. Peran itu terkait dengan pusaran perekonomian dunia terutama sektor keuangan dan perbankan internasional. - Prof. Dr. Azyumardi Azra, Cendikiawan Muslim Indonesia
Acara seminar itu sungguh menggetarkan. Sekitar 100 orang dari berbagai pelosok Perwakilan komunitas, Forum Komunikasi para Sultan dan Raja-raja Nusantara, mahasiswa, budayawan-sejarahwan, aktivis, wartawan, dan para dosen-peneliti. Saat paling mengharukan merebak semenjak Pak Safari mulai memaparkan. Beliau sampai meneteskan air mata dan tak mampu meneruskan kalimatnya. Sudah lebih dari 10 tahun, Alhamdulillah baru kali ini ia mendapatkan perhatian serius atas upaya penelitiannya. Tentunya buku ini lanjutan yang dimulai dari buku saya Garut Kota Illuminati, lalu kini hadir Harta Amanah Soekarno. - Ahmad Yanuana Samanto, Penulis buku bestseller Garut Kota Illuminati
Penelusuran buku ini sangat luar biasa. Kita meyakini peran Soekarno tak saja di ranah politik, tapi juga di ranah dunia keuangan dan perbankan dunia. Komitmen antara Soekarno dengan Kennedy dalamThe Green Hilton Memorial Agreement bersifat komitmen antar dua bangsa berdasar kesadaran pribadi dua pemimpin dunia ketika itu. - Dr. H. Marsudi Syuhud, Sekretaris Jenderal PBNU.
It is a dangerous discussion and themes. Me personaly, I would like not to be involved in that gold and specialy not before I have read this book. My job now is retirement (69 years old) but I still use all my relationsships to help certain peoples especially Mr. Safari ANS with there problems of constructing companies and help them to clear the financial situations. - Mr. Rolf Bommer, Konsultan Finansial Swiss.
Buku karya Sdr. Safari ANS ini tidak sekedar mendeskripsikan sejarah namun boleh dikatakan menjadi warisan budaya dan komunikasi antar generasi, tentu baik untuk dibaca. - Prof. Dr. H Soleh Soemirat, Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung.
Uraian yang menarik untuk dibaca. Menelusuri sejarah masa lalu bukan saja menarik, akan tetapi penting dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang sebuah kebenaran. Sdr Safari ANS--dalam kapasitas pengalaman praktik jurnalisme dan akademisi sebagai kandidat doktor Ilmu Komunikasi-- menuliskan The Green Hilton Memorial Agreement yang berujung pada merebaknya “Harta Amanah Soekarno”. - Prof.Dr.H.Engkus Kuswarno, M.S. Guru Besar Komunikologi Universitas Padjadjaran, Bandung
"Buku ini sebenarnya mengungkapkan adanya penggalan sejarah bangsa Indonesia yang hilang selama ini. Ialah keterlibatan bangsa Indonesia dalam dunia keuangan internasional. Sehingga keinginan penulis untuk mengangkat bahwa bangsa Indonesia masih tetap sebagai bangsa yang besar hingga kini, harus kita hargai." - Prof. Dr. H. M Din Madjid,Guru Besar Sejarah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta.