"Setiap pembaru di mana pun di muka bumi ini, hampir pasti dilawan, dicaci maki, dan dimusuhi, tetapi ajaibnya diam-diam diikuti. Ini juga berlaku atas Nurcholish Madjid yang telah bekerja keras untuk mengawinkan keislaman dan keindonesiaan."
- Ahmad Syafi'i Maarif, Ketua PP Muhammadiyah Periode 1998-2005
***
Tak sulit disepakati bahwa Nurcholish Madjid adalah seorang pemikir-Muslim modernis atau, lebih tepat, neomodernis menggunakan peristilahan yang sering dia sendiri lontarkan. Maka, melanjutkan para perambah modernisme (klasik) di masa-masa lampau, Nurcholish Madjid berpendapat bahwa Islam harus dilibatkan dalam pergulatan-pergulatan modernistik. Namun, berbeda dengan para pendahulunya, kesemuanya itu tetap harus didasarkan atas kekayaan khazanah pemikiran keislaman tradisional yang telah mapan. Dalam hal lain, sebagai pendukung neomodernisme, dia cenderung meletakkan dasar-dasar keislaman dalam konteks nasional dalam hal ini, keindonesiaan.
Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan ini di tengah berbagai pembahasan atas tokoh ini adalah buku pertama yang menampilkan secara lengkap pikiran-pikiran "tangan pertama" Nurcholish Madjid, lewat tulisan-tulisannya sendiri mengenai soal-soal di atas. Meliputi rentang waktu tak kurang dari dua dasawarsa, antologi ini memuat pula pikiran-pikirannya tentang sekularisasi, plus tinjauan kembalinya atas “heboh intelektual” yang disulutnya itu.
***
Nurcholish Madjid tak kurang sebuah ikon, tidak hanya untuk Islam Indonesia, melainkan untuk seluruh bangsa Indonesia. Nama Nurcholish Madjid adalah simbol pembaruan dalam Islam di Indonesia. Suatu pembaruan yang sokogurunya adalah keterbukaan. Cak Nur yakin bahwa hanya Islam yang terbuka dapat memainkan peranannya dalam dunia dewasa ini. Terbuka bagi realitas sosial, realitas nasional, dan realitas global. Dia yakin bahwa Islam, Islam Indonesia dan Islam pada umumnya, harus ke luar dari keterpusatan pada dirinya sendiri apabila mau mengembangkan potensi-potensinya.
Karena itu, Cak Nur mengimbau agar Islam menerima negara sekuler bukan: negara sekularistik-antiagama dan plural. Agar Islam membuka diri pada ilmu pengetahuan, dan bagi nilai-nilai modernitas. Sangat keliru mereka yang menuduh Nurcholish Madjid tertular mentalitas luar Islam. Sebaliknya, salah satu keyakinan Cak Nur yang paling mendalam adalah bahwa sebenarnya Islam sendiri adalah agama kemanusiaan, tetapi juga agama yang positif terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Nurcholish Madjid berpikir secara inklusif. Dia tidak takut bahwa kalau manusia dari luar Islam dihargai, juga secara teologis, Islam akan kehilangan apa-apa. Dia yakin bahwa Islam yang percaya diri tidak perlu defensif.
Karena itu, keterbukaan Nurcholish Madjid juga dirasakan oleh mereka yang di luar Islam. Nurcholish Madjid adalah sosok yang bagi masyarakat di luar Islam memperlihatkan wajah Islam yang rahmatan lil alamin, yang dapat mereka percayai daripada takuti, dengannya mereka bisa melihat dengan mantap ke masa depan. Saya pribadi mendapat banyak sekali inspirasi dan semangat dari Cak Nur dan merasa berutang budi kepadanya. - Prof. Franz Magnis-Suseno SJ