Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) dibuat Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels (1808-1811), membujur dari Anyer di barat ke Pana-rukan di ujung timur Pulau Jawa. Jalan sepanjang 1.100 kilometer ini menjadi akses penting bagi penguasa Belanda yang akan mempersingkat waktu tempuh, berprospek ekonomi, serta sebagai sistem pertahanan.
Di Serang dan Tangerang, perjumpaan dengan para buruh pabrik mengingatkan pada sistem ekonomi pengisapan warisan kolonial. Melewati Puncak Pas, di balik elok alam dan mojang Priangan, tersimpan kisah tentang petani yang menjadi buruh di bekas tanahnya sendiri.
Turun dari Cadas Pangeran, tempat ribuan korban pekerja tewas dalam pembangunan Jalan Raya Pos. Menemui petani-petani tebu di Cirebon saat ini serasa disedot ke masa dua abad lalu.Semarang menyisakan kota lama yang sekarat oleh hantaman rob dan penurunan muka tanah.
Pati-Rembang-Lasem menjadi kota pesisir yang miskin, di Juwana, Pati, melihat nelayan Desa Bendar yang tinggal di rumah-rumah gedongan.Di Tuban dan Gresik, harapan juga berseri ketika melihat pabrik-pabrik menjulang. Namun, kemiskinan ternyata tetap tak terusir. Di Porong, Sidoarjo, hingga dua tahun sejak lumpur menyembur, tak ada kepastian untuk pindah ke tempat lain. Buku ini membahas sejarah pembangunan jalan itu, memotret perkembangan daerah di sepanjang jalur, mengangkat kisah-kisah kemanusiaan yang menyentuh nurani, menggali potensi wisata dan investasi, serta dilengkapi dengan peta Jalan Raya Pos (De Grote Postweg).