Penulis
Emha Ainun Nadjib

Format
Soft Cover (71)

Bahasa
Indonesia (71)

Hasil: 41 - 60 dari 71
GRIDLIST
41.
Slilit Sang Kiai (Republish) oleh Emha Ainun Nadjib
Soft Cover, Juni 2015
Stock tidak tersedia
Ide-ide dan sepak terjangnya sering bernada kritis dan mengejutkan. Minatnya luas, mencakup berbagai masalah hangat di bidang sosial, budaya, dan politik. Buku ini jelas memperlihatkan sosok penulisnya, Emha Ainun Nadjib, sebagai cendekiawan yang kritis sekaligus penyair yang kerap lebih suka menafikan aturan-aturan konvensional. Di dalamnya, Emha menuangkan segenap gagasan dan uneg-uneg-nya tentang "persoalan-persoalan darurat bagi bangsa yang berduka". ...
42.
Markesot Bertutur (Republish) oleh Emha Ainun Nadjib
Markesot adalah sosok lugu nan cerdas, mbeling, terkadang misterius. Dalam kesehariannya dengan sahabat-sahabatnya, Markembloh, Markasan, Markemon, dan lain-lain yang tergabung dalam Konsorsium Para Mbambung (KPMb), Markesot memperbincangkan seabrek problem masyarakat kita. Dari konflik politik internasional sampai soal celana. Dari tasawuf hingga filosofi urap. Dalam gaya bertutur khas Jawa Timuran yang penuh canda dan sindiran, Markesot mengajak kita meneropong kehidupan secara arif dan ...
43.
Markesot Bertutur Lagi (Republish) oleh Emha Ainun Nadjib
Soft Cover, Juni 2015
Stock tidak tersedia

...
44.
Gelandangan Di Kampung Sendiri oleh Emha Ainun Nadjib
Soft Cover, April 2015
Stock tidak tersedia
Rasa-rasanya, para pejabat sering salah sangka terhadap rakyat dan dirinya sendiri. Mereka menyangka bahwa mereka adalah atasan rakyat, sementara rakyat mereka kira bawahan. Mereka merasa tinggi dan rakyat itu rendah. Maka, mereka merasa sah dan tidak berdosa kalau memaksakan kehendak mereka atas rakyat. Mereka membuat peraturan untuk mengatur rakyat karena merasa merekalah yang berhak membuat peraturan. Rakyat hanya punya kewajiban untuk menaatinya. Inilah tatanan dunia yang dibolak-balik. ...
45.
Sedang Tuhan Pun Cemburu oleh Emha Ainun Nadjib (1)
Salah satu bakat paling besar dalam diri manusia memang menjadi binatang: makhluk tingkat ketiga sesudah benda dan tetumbuhan. Binatang plus akal adalah kita. Binatang plus akal plus tataran-tataran lain dari spiritualisme adalah kesempurnaan yang seyogyanya diperjuangkan oleh manusia. Akan tetapi, binatang nampaknya lebih beruntung dibanding manusia. Dunia dan nilai mereka sudah niscaya dari awal sampai akhir. Sedang dunia manusia, suka menjebak diri dengan kebebasan yang dimilikinya atau yang ...
46.
Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai oleh Emha Ainun Nadjib
Soft Cover, Maret 2015
Stock tidak tersedia
Dulu di sebuah pesantren, ada dua orang kiai yang berdebat tentang hukum kesenian. Salah seorang dari mereka bersikeras bahwa kesenian itu syirik, bahkan haram. Kami para santri menyaksikan perdebatan itu dengan hati berdebar. Dari kejauhan, terdengar suara musik dari loudspeaker. Kiai yang saya kisahkan itu mulai meledak-ledak dan menyebut seni itu haram, tetapi kedua kakinya bergerak-gerak mengikuti irama musik dari kejauhan. Kami, para santri, melihat bahwa kaki beliau itu bukan bergerak ...
47.
Arus Bawah oleh Emha Ainun Nadjib
Soft Cover, Februari 2015
Stock tidak tersedia
Kiai Semar menghilang. Gareng, si Filsuf Desa, gugup tak alang kepalang. Namun, Petruk malah senyum-senyum saja melihat kakaknya belingsatan. Apalagi Bagong yang kerjaannya hanya makan dan tertawa-tawa. Bahkan, Dusun Karang Kedempel yang semakin rusak dan sedang membutuhkan kehadiran Semar pun tak merasa perlu mencarinya.   Di tengah dominasi pakem Mahabharata yang mencengkeram kehidupan Karang Kedempel, tugas Punakawan-lah untuk merintis Gerakan Carangan. Menjadi alternatif. ...
48.
Indonesia Bagian dari Desa Saya oleh Emha Ainun Nadjib
Soft Cover, April 2013
Stock tidak tersedia
Ternyata sejak tahun 1970-an Emha Ainun Nadjib sudah memiliki pemikiran yang jauh ke depan mengenai bangsa kita. Emha sangat bersedih bahwa "zaman edan" tiga dekada lalu sudah membuat kepala pusing, tetapi sekarang ini "zaman edan" malah membuat kepala kita pecah! Keprihatinan dan konsistensi pemikiran Emha terhadap masalah sosial budaya bangsa ini membuat kita lebih sensitif. Lebih peduli pada persoalan mendasar yang dihadapi masyarakat sehari-hari. Pemikiran reflektif Emha ...
49.
Jejak Tinju Pak Kiai oleh Emha Ainun Nadjib
Soft Cover, Juni 2008
Stock tidak tersedia
Apa yang menjadi sorotan Emha Ainun Nadjib melalui bukunya ini? Emha menuliskan kegelisahannya soal reog, batik, lagu Rasa Sayange yang diakui sebagai kebudayaan Malaysia. Bagaimana kita menyikapi hal ini? Tidak hanya itu saja--Emha yang sangat peduli dengan rakyat kecil gelisah dengan musibah Pasar Turi di Surabaya, gelisah dengan nasib TKI di Malaysia, gelisah dengan masalah lumpur Lapindo yang tak kunjung usai. Bahkan kegelisahannya bertambah soal Pilkada yang cenderung kisruh di berbagai ...
50.
Kiai Bejo, Kiai Untung, Kiai Hoki oleh Emha Ainun Nadjib
Soft Cover, Juli 2007
Stock tidak tersedia
Apa yang ingin disampaikan Cak Nun melalui bukunya ini? Sebagai budayawan sekaligus pekerja sosial, Cak Nun ingin memberikan kado cinta kepada sesama manusia, sesama hamba Allah, dan sesama Bangsa Indonesia. Kado cinta akan menghapuskan nuansa kebencian, menyingkirkan prasangka dan fitnah. Dengan kado cinta memberikan pencerahan, silaturahmi, kemesraan budaya, empati masyarakat, peneguhan nasionalisme. ...
51.
Tuhan Pun Berpuasa oleh Emha Ainun Nadjib
Soft Cover, September 2012
Stock tidak tersedia
Allah begitu sabar terhadap manusia, cinta dan romantisme-Nya tidak berdasarkan kekuasaan belaka. Allah pun mempunyai rasa "memiliki" terhadap manusia. Dengan setia Allah tetap menerbitkan matahari tanpa peduli apakah manusia mensyukuri atau tidak. Allah tetapi memancarkan cahaya matahari tanpa memperhitungkan berbagi pengkhianatan manusia terhadap-Nya. Allah "Berpuasa" menahan diri dari murka-Nya terhadap manusia. Puasa adalah "milik khusus" di haribaan-Nya. ...
52.
Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai-new oleh Emha Ainun Nadjib
Soft Cover, Februari 2018
Stock tidak tersedia
Di sebuah pesantren, ada dua orang kiai yang berdebat tentang hukum kesenian. Salah seorang dari mereka bersikeras bahwa kesenian itu syirik, bahkan haram. Para santri menyaksikan perdebatan itu dengan hati berdebar. Dari kejauhan, terdengar suara musik dari loudspeaker. Kiai yang saya kisahkan itu mulai meledak-ledak dan menyebut seni itu haram, tetapi kedua kakinya bergerak-gerak mengikuti irama musik dari kejauhan. Para santri melihat bahwa kaki beliau itu bukan bergerak menggeleng-geleng, ...
53.
Soft Cover, 2020 Rp. 79.000 Rp. 63.200 (20% OFF)
Stock di Gudang Supplier
Whatsapp: 085 781 817 817   Pre order edisi spesial 24 Juli - 9 Agustus 2020 Bonus: Totebag Ilustrasi Cak Nun Persediaan terbatas! Pengiriman: 11 Agustus 2020   Mereka tidak punya kebiasaan untuk mencari kebenaran bersama-sama. Tidak cenderung datang dengan “biso rumongso”. Malah menantang siapa saja di luar dirinya dengan sikap mental “rumongso biso”, merasa unggul, merasa paling benar, merasa pasti masuk surga, dan semua yang akan ...
54.
ARUS BAWAH oleh EMHA AINUN NADJIB
Soft Cover, 2019
Stock tidak tersedia
Kiai Semar menghilang. Gareng, si Filsuf Desa, gugup tak alang kepalang. Namun, Petruk malah senyum-senyum saja melihat kakaknya belingsatan. Apalagi Bagong yang kerjaannya hanya makan dan tertawa-tawa. Bahkan, Dusun Karang Kedempel yang semakin rusak dan sedang membutuhkan kehadiran Semar pun tak merasa perlu mencarinya. Di tengah dominasi pakem Mahabharata yang mencengkeram kehidupan Karang Kedempel, tugas Punakawan-lah untuk merintis Gerakan Carangan. Menjadi alternatif. Mengusahakan ...
55.
Soft Cover, September 2022
Stock tidak tersedia
56.
Soft Cover, September 2022
Stock tidak tersedia
57.
Soft Cover, September 2022 Rp. 79.000 Rp. 63.200 (20% OFF)
Stock di Gudang Supplier
Pada era informasi ini, berbagai gaya hidup ditawarkan—menambah-nambah daftar keinginan. Padahal, semakin banyak keinginan, semakin banyak pula beban dalam pikiran. Apalagi, kita sering merasa bahwa segala keinginan pasti bisa dicapai melulu dengan upaya keras. Tak peduli kalau sampai kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala. Kita pun lantas terjebak dalam apa yang diistilahkan sebagai “rat race”. Lalu, ketika gagal dalam “pacuan tikus” itu, kita pun terbenam dalam ...
58.
DARI POJOK SEJARAH - REPUBLISH oleh EMHA AINUN NADJIB
Soft Cover, 2019 Rp. 125.000 Rp. 100.000 (20% OFF)
Stock di Gudang Supplier
“Dil, Saudaraku, inilah surat-suratku: menirukan suara-suara liar dari jalanan, gang-gang kampung, sudut-sudut desa, napas dan bau keringat berjuta orang yang dibelakangi oleh perkembangan ... inilah surat, dari pojok-pojok sejarah, dari pinggiran tandus ladang-ladang yang disebut kemajuan ....”   Emha Ainun Nadjib, banyak sebutan untuknya: budayawan, penulis, seniman, bahkan ada yang menyebutnya “Kiai Mbeling”. Tapi, dia tak pernah peduli terhadap semua ...
59.
Demokrasi La Roiba Fih
Renungan Emha Ainun Nadjib
oleh Emha Ainun Nadjib
Soft Cover, Juli 2009
Stock tidak tersedia
"Demokrasi itu harga mati. Demokrasi itu kebenaran sejati. Demokrasi itu la roiba fi h, tak ada keraguan padanya." Dengan pandangan yang jernih, Cak Nun mengulas masalah demokrasi dinegeri kita. Demokrasi itu bak ”perawan”, yang merdeka dan memerdekakan. Watak utama demokrasi adalah ”mempersilakan”. Tidak punya konsep menolak, menyingkirkan, atau membuang. Semua makhluk penghuni kehidupan berhak hidup bersama ”si perawan” yang bernama demokrasi, bahkan berhak memperkosanya: yang melarang ...
60.
Soft Cover, Januari 2001
Stock tidak tersedia
Kumpulan puisi ini merupakan ungkapan Emha mengenai berbagai keterlibatannya dalam wilayah lapangan hidup manusia: dari pemberdayaan ekonomi rakyat, pendidikan politik kerakyatan, perindu demokrasi dan egalitarianisme, kegembiraan hidup bersama, dan situasi saling membenci di antara manusia. ...