"""Tak masalah duduk di haluan atau buritan, asal kau, tetap menggerakkan dayungmu!
Danum lahir dan besar di rumah Betang (rumah adat Kalimantan). Dia jatuh cinta pada dayung sejak pertama kali memilikinya. Bersama Dehen sahabatnya, mereka menyusuri sungai-sungai, beradu kecepatan.
Atlet nasional! Keliling dunia! Dan mengibarkan merah putih di negeri orang! Keinginan Dehen menular padanya.
Tapi, semua tak semudah yang dia bayangkan. Ketika Dehen telah sampai di Pelatnas, Danum harus menerima kenyataan berkali-kali gagal di tingkat daerah.
Hingga ketika kesempatan itu datang, waktu justru mempertemukannya dengan berbagai pilihan.
Tetap tinggal demi orang yang dicintainya, atau pergi demi citacitanya?
Memelihara benci pada sosok yang telah meninggalkannya, atau memaafkan dan mengambil ladang surga?
Menyimpan rapat perasaan yang telah mengendap di hatinya atau melihat sahabatnya terluka?
Dia penah berkali-kali gagal. Dia pernah berkali-kali kehilangan. Pada akhirnya waktu memberinya pelajaran, bahwa hidup sempurna bukan berarti semua berjalan sesuai keinginannya."""