Ia di sini sekarang, perjalanan pulang setelah Mahameru—Perjalanan Hati—puncak tertinggi Jawa, dan segala tentangnya. Alih pandangnya sekarang melihat jendela kereta Matarmaja yang melaju membawanya pulang menuju Jakarta. Pejaman mata dan tarikan nafasnya, seakan mencoba menjawab segala pertanyaan besar yang terus memenuhi benaknya semenjak kemarin Ranu Kumbolo hilang dari pandangannya. Pertanyaan-pertanyaan yang bukan dari siapa-siapa, tetapi dari dirinya sendiri. Teruntuk yang tidak lain adalah diriku sendiri... Zafran, manusia paling idealis, humanis, dan fantastis… Manusia paling keren ditongkrongan ini… Sebenarnya, untuk siapa kamu melakukan semua yang ingin kamu lakukan di dunia ini? Untuk kebahagiaan diri kamu? Atau untuk kebahagiaan orang lain? Apakah kamu seorang manusia yang hanya hidup untuk ngabis-ngabisin waktu aja? Celingak-celinguk, berbagi tanah, air, dan udara, namun tanpa tujuan. Menjadi manusia hanya untuk menuh-menuhin bumi, ngabisin airnya, ngabisin oksigennya. Hanya menjadi seonggok daging yang bisa berbicara, berjalan, dan punya nama—tanpa punya makna? Apakah kamu telah menjalani hidup yang kamu mau? Hidup yang kamu inginkan? Bukan yang orang lain inginkan dari kamu? Apakah kamu mencintai diri kamu sendiri? Apakah ada seseorang yang kamu cintai, lebih dari kamu mencintai diri kamu sendiri? Adakah cintamu yang terbalas? Atau mungkin tak terbalas? Atau ada yang begitu mencintaimu, tapi kamu tidak bisa membalasnya. Pernahkah kamu mengalami kesedihan yang luar biasa dalam hidup kamu? Pernahkah kamu mengalami kebahagiaan yang luar biasa dalam hidup kamu? Apakah kamu hidup dalam ketakutan-ketakutan kamu? Atau dalam harapan-harapan kamu? Apa yang harus kamu perbuat? Zafran termenung sejenak, namun beban pertanyaan yang baru saja menghunjam itu terasa ringan saat di bangku kereta, tak jauh darinya, ia melihat Genta, Riani, Ian, Arial, dan Dinda tersenyum kepadanya.
lahir di Jakarta 27 Oktober 1978, menyelesaikan masa putih abu abunya di SMA 6 Jakarta. Meneruskan kuliah di STIE PERBANAS Jakarta ( sekarang ABFI Institute, Perbanas ) angkatan 1997. Semasa kuliah aktif di klub fotografi kampus dan Senat Mahasiswa. Pengalaman yang tidak pernah bisa ia lupakan di Senat Mahasiswa adalah sewaktu ia dan teman teman aktivis lainnya menghidupkan kembali pelatihan aktivis mahasiswa Perbanas (Latihan Kepemimpinan Mahasiswa- LKM ), yang telah beberapa tahun vakum. Di LKM ini ia dan teman meneruskan tradisi pemberian beasiswa bagi aktivis mahasiswa berprestasi, yang dulu ia sendiri sangat menyesal pernah tidak mendapatkannya. Pemberian beasiswa itu masih terus berlanjut sampai sekarang.
Salah satu kebanggaan lain yang tak terlupakan sewaktu menjadi mahasiswa adalah pada tahun 1998 ikut "berjuang" bersama teman teman mahasiswa Indonesia menjadi titik kecil berwarna warni yang berteriak lantang, bergerak sesak memenuhi gedung DPR/MPR.
Selama masa kuliah selain aktif di kampus, dan menjadi Ketua Karang Taruna RW 06 di lingkungannya, ia bekerja freelance menjadi Instruktur Outbound Management Training di PT BINA INTI MUDA UTAMA, sebuah perusahaan konsultan sumber daya manusia di Jakarta.
Donny menyelesaikan kuliahnya pada tahun 2001, dengan skripsi tentang strategi periklanan dan komunikasi pemasaran. Setelah skripsinya selesai ia langsung merayakannya dengan ...