Sebagai anak kecil, Rosie mengagumi temannya, Pangeran Corso. Rosie hanyalah anak pelayan. Ayahnya dulu arkeolog terkenal dan mentor kesukaan sang pangeran. Kini, Corso sudah menjadi Raja Monterosso. Permintaan pria itu agar Rosie ikut tur kerajaan sulit sekali ditolak. Begitu pula permintaan untuk menghabiskan malam bersama sang raja. Rosie tahu afair mereka hanya sementara. Corso harus menikahi wanita bangsawan. Untunglah Rosie tidak memercayai ilusi cinta. Namun, ketika waktu hampir habis, bisakah mereka berdua melupakan malam-malam panas di antara mereka? Prolog: Di pantai yang terik, pria itu tampak lebih berkilau daripada matahari. Tubuhnya yang tinggi sewarna perunggu. Sinar matahari menyorot rambutnya yang tebal dan membuatnya tampak berpijar. Namun, tidak seperti orang lain di pantai itu, Rosie tidak terlalu terpesona dengan kehadiran sang pria. Dia tidak berusaha membuat pria itu memperhatikannya, atau menatapnya. Dia justru mencoba melebur ke latar belakang dan berpura pura tidak ada di sana, berharap dia kembali ke rumahnya di Inggris. Rosie memandang ke seberang. Di atas hamparan pasir, setiap orang tampak seperti model yang mungkin kau lihat di halaman majalah. Rosie selalu diajari untuk berkonsentrasi pada persamaan orang-orang, alih-alih mencari perbedaan. Namun, di sini tidak ada persamaan dan Rosie tidak pernah merasakan perbedaan yang lebih mencolok daripada hari ini. Dia berbeda dengan orang orang yang bermain-main di pasir halus keperakan itu. Rosie bukan bangsawan. Dia bahkan tidak kenal dengan para bangsawan. Dan dia jelas tidak kaya.