Tujuh puluh lima tahun kemerdekaan kita dirayakan dengan suasana yang berbeda di tengah wabah.
Janji akses dan kualitas pendidikan, untuk semua dan setiap anak, yang masih sulit terwujud selama
ini, menjadi makin jauh setelah pandemi. Walau isu kesempatan pendidikan tidak terkait langsung
dengan corona, satu hal yang terjadi di banyak negara, kesenjangan terlihat semakin nyata.
Sekolah tanpa pertemuan tatap muka-sepi saat dikunjungi dan berbagai konsekuensi-adalah
dampak jangka pendek dari wabah yang sekarang sudah terlihat nyata. Tetapi, kita perlu menyadari,
Covid-19 juga membawa risiko dampak menengah dan panjang pada pendidikan yang perlu kita
mitigasi dan carikan solusi.
Kegawatdaruratan butuh ribuan pahlawan dari berbagai pemangku kepentingan, yang
langkah pertamanya adalah pemahaman tentang siapa dan apa yang sedang diperjuangkan untuk
keberlanjutan pendidikan.
Bergerak dalam pendidikan merupakan keniscayaan bagi siapa pun yang mengaku punya
kepedulian. Di ekosistem ini, peran pengamat tidak dibutuhkan dan menjadi hambatan. Menyatakan
diri sebagai pengamat tanpa bekerja di lapangan, atau tanpa bekerja barengan, sesungguhnya
secara eksplisit menunjukkan nilai-nilai yang gagal diperjuangkan.
Semoga makin banyak yang ambil peran tanpa kelelahan karena sesungguhnya ketahanan
kita untuk terus berdaya dan melawan virus corona beserta dampaknya dibutuhkan sampai
bertahun-tahun ke depan. Panjang umur perjuangan!