"…Twit-twitnya ditunggu-tunggu dengan berbagai karena. Ada yang menunggu-nunggu twitnya karena menyenangi urakannya. Ada yang karena guyonannya. Ada yang karena seriusnya. Ada yang karena nakalnya. Ada yang karena romantisnya. Ada yang karena cerita-ceritanya. Ada yang karena kritisnya. Ada yang karena falsafahnya. Ada yang karena kearifannya…" Ahmad Mustofa Bisri, ulama, budayawan, dan sastrawan
"Mengenal Sujiwo Tejo selama ini, baik secara langsung maupun sekadar menguntit celetukan secara langsung maupun sekadar menguntit celetukan 140 karakternya di Twitter, saya berani menyimpulkan bahwa 'dalang galau' hanya sekelumit peran yang ia pilih dan sajikan untuk publik. Di mata saya, Sujiwo Tejo sesungguhnya adalah penelusur kalbu yang mampu berpikir merdeka, berkata merdeka, menghibur dan menyentil secara merdeka. Dan, untuk mencapai itu, yang dimilikinya tentu lebih dari sekadar kegalauan, melainkan pencerahan." Dewi 'Dee' Lestari, Penulis dan Penyanyi
"Cara Ki Dalang Sujiwo Tejo mengungkapkan keresahannya melalui Twitter, melihat realita yang ada,sungguh indah dan unik. Ungkapannya terasa apa adanya, blak-blakan, bernas dan padat. Terkadang terasa mengiris dan membuat kita tersentak. Tetapi ujungnya adalah renungan agar kita hidup dengan lebih jujur dan adil." Habiburrahman El Shirazy, Sastrawan Asia Tenggara
"…Disampaikan secara edan-edanan, kadang mengumpat, kadang menyindir, kadang mengejek, termasuk mengejek dirinya sendiri, tetapi mengandung pesan-pesan yang dalam. Dari halaman mana pun mulai membacanya, kita bisa menemukan pesan-pesan penting dari buku ini. Setiap kalimat pendek, seperti yang dijatahkan untuk ngetwit, bisa diolah Sujiwo Tejo sehingga tetap menarik dan bernas." Prof. Mahfud MD, Ketua Mahkamah Konstitusi
Sujiwo Tejo lahir di desa Ambulu, Jember, Jawa Timur, 31 Agustus 1962. Bakat mendalang diwarisinya dari sang ayah Soetedjo. Menulis buku menurutnya tetap menjadi bagian yang konstitusional dari pekerjaan mendalang. Untuk dapat memanggungkan lakon wayang, seorang dalang setidaknya mesti menguasai dasar-dasar seni rupa, musik, akting dan sastra. Menulis buku bagi Sujiwo Tejo yang dikenal sebagai Dalang Edan ini adalah berpentas melalui salah satu unsur pedalangan: Sastra. Sebelumnya ia telah menyelesaikan buku Dalang Edan, Kelakar Madura buat Gus Dur, The Sax, Ngawur Karena Benar, Jiwo J#ncuk, dan Lupa Endonesa. Dalang Galau Ngetwit dan Republik #Jancukers, Kang Mbok.
Selain perjalanan dan pertemanan, latar pendidikan terakhirnya di dua jurusan di ITB Bandung yaitu Jurusan Matematika dan Jurusan Teknik Sipil, turut memberi warna bukunya. Kosmologi wayang baur menjadi satu dengan filsafat dan logika ilmu pengetahuanmodern.
Kegiatan sehari-harinya melukis, mengompose musik, akting dan menjadi pembicara di berbagai khalayak dari usia anak-anak sampai kakek-nenek. Kini, sambil twitter-an dengan acc @sudjiwotedjo, ia telah merampungkan album musiknya album Pada Suatu Ketika, Pada Sebuah Ranjang, Syair Dunia Maya, Yaiyo dan Mirah Ingsun. Sebagian lagu-lagu dari album-album tersebut dirangkumnya dalam Konser Maha Cinta Rahwana 2013. Kini ia sedang menyiapkan album musikal Ramayana.