Sungguh, pernikahan itu sesuatu yang indah jika diniatkan karena Allah. Pernikahan juga menjadi lebih berkah jika diniatkan untuk ibadah. Wahai para suami. Jalanilah tanggung jawabmu dengan sepenuh hati. Tugasmu untuk mengayomi, mengimami, dan melindungi bukan untuk menyakiti. Tanggung jawabmu untuk menafkahi dan mencukupi bukan membebani. Wahai para istri. Sadarilah, setinggi apa pun pendidikanmu, sehebat apa pun karier dan jabatanmu, engkau tetaplah seorang makmum di belakang IMAMmu. Jangan angkuh hati jika gajimu jauh lebih tinggi. Jangan menyakiti jika ia kurang sempurna dalam menafkahi. Syukurilah, bahwa engkau dan dia telah Allah pertemukan dalam mahligai rumah tangga. Untuk itu, jika sewaktu-waktu ada masalah, jangan mudah katakan pisah. Jangan obral kata talak dan cerai, karena Allah pasti benci dan tak meridai. Ketahuilah, sekurang apa pun suamimu dalam melayani, dia tetap imammu yang sejati. Sadarilah, sekurang apa pun istrimu dalam berbakti, dia tetap bidadarimu yang tak terganti. Jika engkau cinta suamimu karena Allah, Allah pasti mudahkan. Jika engkau cinta istrimu karena Allah, Allah pasti beri jalan. Kunci kebahagiaan itu terletak pada penerimaan hati atas segala ketentuan dan takdir dari Ilahi. Sekali lagi, tak ada pasangan yang sempurna. Tak ada pasangan yang benar-benar ideal. Yang dibutuhkan hanyalah sikap saling sabar dan pengertian.