Keling Kumang sangat peduli pada lingkungan hidup. Brand image yang dibangun adalah “’Keling Kumang’ sebagai institusi Koperasi di sini siap membantu Anda dan masyarakat.” Jikalau Keling Kumang terus berkiprah hanya di bisnis Credit Union, maka pesan yang akan disampaikan kurang lebih sama dengan Credit Union lainnya bahwa, “CU kami memberi pelayanan keuangan yang adil, dengan bunga rendah, dan memberdayakan anggota dengan pendidikan literasi keuangan dan perencanaan keuangan bagi masa depan anggota”. Ini bukan salah atau kurang tepat, tapi memang seharusnyalah demikian. Bagaimanapun, berkiprah di satu sektor yang notabene dikelilingi oleh sektor yang sama di lingkungan masyarakat Kalimantan Barat, berarti bahwa CU Keling Kumang harus bersaing dengan CU-CU lainnya untuk merebut pangsa pasar yang ada. CU harus memperkuat daya saingnya, terutama basis loyalitas para anggotanya. Spin-off yang menghasilkan diversifikasi produk, ditambah dengan aneka kegiatan Koperasi yang bermakna bagi masyarakat, akan membuahkan empati dan ruang refleksi bagi para anggotanya. Di sinilah letak keunggulan sebuah “GROUP”, di mana anggota sebagai pemilik diberi banyak pilihan yang membuahkan “kehidupan” bagi mereka dan bukan sekadar kepuasan atau kecukupan materi semata. Gerakan koperasi sektor riil yang telah dibangun tidak dapat dipisahkan dari implementasi spin-off atau pemekaran CU yang dimulai pada 2013, ketika IKKI (Induk Koperasi Konsumen Indonesia) dibentuk di Bandung. Hari ini, usia spin-off CU sudah hampir mencapai satu dekade. Apa yang sudah dicapai oleh spin-off ini? Belum banyak. Namun, pijakan gerakan spin-off semakin kuat dengan berdirinya federasi nasional koperasi sektor riil yang diberi nama Induk Koperasi Usaha Rakyat (INKUR) pada RATNAS IKKI 2006 di Sintang. Tahun 2020, INKUR menjadi anggota International Cooperative Alliance (ICA). Suatu prestasi besar. Bersama jaringan ICA, peluang terbuka luas menjadikan gerakan spin-off CU menuju konglomerasi koperasi.