Munculnya kafe di berbagai kota besar rupanya tidak hanya menguntungkan si pemilik kafe dan para pencari kerja. Hadirnya kafe juga melahirkan fenomena sosial dan budaya baru. Kafe bukan lagi sekedar tempat untuk minum teh atau kopi dan menyantap makanan ringan sembari melepas kejenuhan dan melewatkan waktu. Para pecinta kafe, yang rutin berkunjung ke kafe-kafe tertentu, melihat ada banyak peluang dan manfaat yang bisa mereka dapatkan saat berkunjung ke kafe. Mereka menjadikan kafe sebagai tempat untuk berkumpul, bersosialisasi, berarisan, berkencan, bertukar pikiran, memperluas jaringan, berbisnis. Isi buku ini pun berpijak pada pengalaman para eksekutif yang getol nongkrong di kafe. Banyak hal terjadi, bahkan diputuskan di sana. Suasana rileks di kafe, yang sungguh berbeda dengan suasana tegang di kantor, ternyata mampu merangsang pikiran para eksekutif itu untuk melahirkan berbagai ide dan strategi yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.
Lahir di Bangkalan, 15 juli 1964. Lulus dari SMA Negeri X Surabaya pada tahun 1984, dan memperoleh pendidikan Manajemen Pemasaran dari Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya. Pengalaman pemasaran dan kewirausaha banyak diperoleh dari berbagai perusahaan dan seminar, marketing club, pendidikan non formal serta pembelajaran jarak jauh via internet.Mulai 1985, dia menjelajah ke berbagaia kota di Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah sebagai pendistribusi, dan kini sudah lebih dari 18 tahun bergelut di dunia pemasaran, khususnya dalam pendistribusian produk. Produk-produk yang pernah dipasarkan adalah produk obat-obatan, consumer good, property dan produk MLM. Pelanggan/klien yang pernah dilayaninya antara lain adalah Matahari Group, Hartani Supermarket, Bilka, dan Wholseller yang tersebar di pusat perdagangan di Surabaya.