Di tengah rangkaian demonstrasi mahasiswa sepanjang tahun 1998, Esi, aktivis mahasiswi yang vokal, bertemu dengan Ray, fotografer jurnalistik ternama yang jadi pengagumnya. Kisah kasih mereka yang indah dan penuh petualangan tidak berkelanjutan, karena Ray takut berkomitmen. Laki-laki itu lebih mengutamakan profesinya, menganggap kamera sebagai istri pertamanya.Esi sangat terpukul. Sebagai pelariannya, ia memutuskan menikah dengan Khatam, pacarnya semasa SMA, yang menganut agama berbeda darinya. Itu dilakukannya sebagai pembalasan kepada Tuhan, karena ia merasa telah dicobai melampaui kekuatannya. Namun ternyata ia tidak mampu menyingkirkan Ray dari lubuk hatinya yang terdalam. Sampai kapankah ia akan bertahan sebagai pendosa?
Pendosa adalah novel perdana Esi Lahur yang memiliki nama asli Maria Theresia Lahur. Novel ini terinspirasi dari pengalaman hidup penulis yang pernah menempuh SMA di Blitar, tinggal di asrama yang dikelola suster Katolik, dan mengalami masa kuliah yang kebetulan bertepatan dengan penggulingan Orde Baru.Lahir di Jakarta, 3 Oktober 1977, Esi adalah sarjana antropologi FISIP Universitas Indonesia (2001) yang kini bekerja sebagai wartawan di Tabloid Olahraga BOLA.Ketertarikan Esi pada dunia tulis-menulis sudah muncul sejak kecil. Waktu SD, pernah menulis di majalah Paroki Kristus Salvator, Petamburan, Jakarta, yang bernama Tambur.Saat kuliah, Esi mengikuti mata kuliah Penulisan Populer dengan dosen Ismail Marahimin yang membuatnya gemar menulis cerpen. Pengaruh mengikuti mata kuliah itu besar bagi Esi, karena cerpen pertama yang dikirimnya ke majalah Femina, Pengantinku menjadi juara pertama Sayembara Mengarang Cerpen Femina 2000. Sejak itu sejumlah cerpennya dimuat di majalah Femina dan Bobo.Kegemaran melakukan perjalanan ke sejumlah daerah di Indonesia digabungkan dengan kesenangan menulis menghasilkan novel Pendosa.