Bisakah seekor kerbau bertanya kepada pedati kenapa ia harus terus menariknya melalui jalan yang mendaki? Mungkinkah Chairil Anwar, Stalin, Gandhi dan Marilyn Monroe ada dalam sebuah forum yang mendiskusikan tentang pendamaian dunia? Dapatkah seekor ayam berubah menjadi manusia? Bagaimana bisa sepotong kaus kaki menjadi ujung tombak sebuah demonstrasi?Jawabannya semua ada di kumpulan cerpen kaya A.A. Navis ini. Setiap cerpen disajikan dengan gaya bertutur yang memikat dan kaya akan metafora serta perlambangan yang dikaitkan dengan realitas kehidupan dewasa ini.
Ali Akbar Navis atau yang lebih dikenal publik dengan sebutan A.A. Navis lahir di Padang Panjang pada tanggal 17 November 1924.Navis belajar di INS Kayutanam dari tahun 1932 sampai 1943. Sejak tahun 1968 kembali mengabdi untuk lembaga pendidikan yang didirikan oleh Muhammad Syafei itu. Lebih dari 20 buku sudah dihasilkan olehnya. Mulai dari kumpulan cerpen, puisi, novel, kumpulan esai, hingga penulisan biografi dan otobiografi. Pada tahun 1956, ia menulis kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami yang merupakan karya monumental dalam dunia sastra Indonesia. Tiga bukunya yang diterbitkan Gramedia adalah kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami, Bertanya Kerbau pada Pedati dan Novel Saraswati.