7disabled
No Image Available
Stok Tidak Tersedia
Atau
Tambah ke Daftar Keinginan

Beritahukan jika produk ini tersedia kembali
A Cat in My Eyes (Soft Cover)
oleh Fahd Djibran

Ketersediaan : Stock tidak tersedia

Format : Soft Cover
ISBN : 9797802809
ISBN13 : 9789797802806
Tanggal Terbit : November 2008
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Gagas Media
Halaman : 176
Dimensi : 130 mm x 190 mm



Deskripsi:
Waktu kecil, kita sering bertanya, "Ma, aku keluarnya dari mana, sih?"atau "Pa, Tuhan itu siapa?" Tapi, semakin tua, kita semakin jarang bertanya. Hidup ini tidak lagi menarik tanpa pertanyaan. Monoton. Terjebak dalam rutinitas. Padahal, hidup yang nggak pernah dipertanyakan adalah hidup yang nggak layak diteruskan, kata Socrates. Nah, lho! Mata kucing aja selalu bertanya. Coba, deh, tatap matanya. Sekarang giliranmu, nyalakanlah matamu dan bertanyalah! "Saya ngiri sama Fahd. Dia sudah berani meninjau ulang kelaziman. Luar biasa!" Bambang Q-Anees; Penulis, Penyair, Dosen Teologi dan Filsafat UIN Bandung '"Kontemplasi akan cinta, hidup, dan Tuhan,sangat terasa dalam tulisan-tulisannya. Meski kadang dibalut humor atau peristiwa sehari -hari yang kesannya sepele, sebenarnya ada kedalaman yang selalu dia ikut sertakan di sana." Dewi 'Dee' Lestari; Penyanyi, Novelis

Kategori dan Rangking Bestseller:

Tentang Fahd Djibran:
Fahd Djibran adalah nama pena dari Fahd Pahdepie (lahir di Cianjur, 22 Agustus 1986; umur 29 tahun). Penulis yang dikenal dengan karya-karya kreatifnya serta pemikiran-pemikiran segarnya tentang hal-hal di seputar kehidupan sehari-hari. Beberapa bukunya yang telah diterbitkan antara lain A Cat in My Eyes (2008), Curhat Setan (2009), Yang Galau Yang Meracau: Curhat (Tuan) Setan (2011), dua buah novel Rahim: Sebuah Dongeng Kehidupan dan Menatap Punggung Muhammad (2010), serta sebuah karya kolaborasi bersama Bondan Prakoso & Fade2Black dalam bentuk fiksi-musikal [1][2], Hidup Berawal Dari Mimpi (2011).

Fahd dikenal sebagai penulis kreatif yang memperkenalkan metode creative writhink (menjadi nominator dalam Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa Bidang Kreatif Tahun 2009 yang diselenggarakan Dirjen Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional RI). Di samping itu, ia juga meraih beberapa penghargaan bergengsi dalam bidang penulisan dan pemikiran, antara lain: UNICEF Young Writer Award, DAR!Mizan Unlimited Creativity Award 2006 Sebagai Penulis Terbaik, Juara I MTQ Tingkat Nasional Bidang Karya Tulis Al-Quran, penghargaan Ahmad Wahib Award 2010 dari Yayasan Wakaf Paramadina dan Hivos Foundation, dan lainnya.

Pada tahun 2011, ia mewakili Indonesia dalam program Pertukaran Tokoh Muda Muslim Indonesia-Australia yang diselenggarakan Australia-Indonesia Institute, University of Melbourne, dan Islamic Council of Victoria, Australia. Di samping menulis, Fahd juga ...



Buku Lainnya oleh Fahd Djibran:
Halaman 1 dari 1
No Image Available
(Soft Cover)
oleh Fahd Djibran
Stock tidak tersedia
No Image Available
(Soft Cover)
oleh Fahd Djibran
Stock tidak tersedia
No Image Available
(Soft Cover)
oleh Fahd Djibran
(2)
Stock tidak tersedia
No Image Available
(Soft Cover)
oleh Fahd Djibran, Bondan Prakoso & Fade2Black
(4)
Stock tidak tersedia
(Soft Cover)
oleh Fahd Djibran, Bondan Prakoso, Fade2Black
(2)
Stock tidak tersedia
No Image Available
(Soft Cover)
oleh Fahd Djibran
Stock tidak tersedia
No Image Available
(Soft Cover)
oleh Fahd Djibran
Stock tidak tersedia
No Image Available
(Soft Cover)
oleh Fahd Djibran
Stock tidak tersedia
No Image Available
(Soft Cover)
oleh Fahd Djibran
(1)
Stock tidak tersedia

Review Konsumen:
5 -
4 100%
3 -
2 -
1 -
4.0
1 Review
Tulis Review Anda
Ketika Bertanya Menjadi Kemewahan Hidup
oleh Setya Nurul Faizin pada Jumat, 28 November 2008
“Makna serupa pintu keluar yang selalu kita cari ketika kita tersesat dalam sebuah labirin ketidakpastian. Kita selalu berusaha menemukan pintu itu. Namun, labirin selalu memaksa kita untuk berputar di situ-situ saja, atau—lebih parah—membuat kita harus kembali ke tempat saat kita bermula.”

(Fahd Djibran, Labirin)

Manusia memang terlahir untuk mencari tahu makna. Anak kecil bertanya pada ibunya, ”Apa itu?”. Lalu sang Ibu menjawab ”Itu gubuk”, si Bocah akan bertanya lagi, ”Gubuk itu apa?”. ”Gubuk itu tempat istirahatnya Pak Tani”. ”Kenapa Pak Tani tidak istirahat di rumah?”. ”Karena Pak Tani harus bekerja lagi”. ”Tapi, gubuk itu sempit”. ”Itu sudah cukup untuk Pak Tani”. ”Untuk apa gubuk itu ditaruh di tengah sawah?”. ”Untuk istirahat Pak Tani, kan sudah Ibu bilang”. ”Tapi gubuknya bisa diletakkan di rumah kan? Gubuk itu kan kecil?”

Begitulah anak kecil dengan rasa ingin tahu meledak-ledak yang diliputi kepolosan dan kesederhanaannya. Dunia bagaikan ladang pertanyaan yang menyumbul-nyumbul untuk disemai dalam jawaban-jawaban. Seringkali ia tak begitu saja puas memetik satu buah jawaban untuk satu pertanyaan. Sang Anak akan mencerabut saja apa yang bisa ia raih. Namun ia justru akan makin banyak bertanya. Makin ingin tahu banyak. Makin menjengkelkan bagi orang dewasa.

Lalu bagaimana dengan dunia orang dewasa yang (katanya) tak lagi sesederhana dunia anak-anak? Dunia ... Baca Selengkapnya
Apakah review ini bermanfaat bagi Anda?
Tulis Review Anda