"Untuk apa aku hidup?! Apa hanya untuk menjalani kesengsaraan ini? Aku mau bunuh diri saja supaya dapat segera bertemu dengan Tuhan dan melabrak-Nya atas ketidakadilan ini....!" Gugatan geram sahabat karibnya, di malam itu benar-benar mengguncang iman iqbal. "Tuhan tidak adil..." protesnya.
Iqbal pun beraksi: meninggalkan segala jenis ibadah yang istiqamah diamalkannya selama ini. MEncampakkan iman dan ruhani Islamnya. Rumah ibadah lain pun dikunjunginya. Tetapi, semakin ia berani melabrak agamanya, semakin giris pulalah kehampaan jiwa yang menderanya. Hatinya kian gundah, hidupnya kian nestapa.
Benarkah Tuhan telah berlaku tidak adil pada hamba-Nya? Berhasilkah Iqbal meraih kembali kesejatian imannya, kedamaian hatinya, melalui pemberontakan iman itu? Bagaimanakah Tuhan dapat dijumpainya?
Inilah novel spiritual Musafir Cinta yang penuh tenaga, getaran sekaligus gugatan. Menghamparkan pengembaraan spiritual demi pematangan keteguhan iman hakiki. Bagaimana dengan iman anda?