"Ketika seseorang berada di dalam keterpurukan iman, hanya cinta dan kasih sayang yang mampu membawanya kembali ke shiraathal mustaqiim...." "Sungguh, Allah berlaku tak adil kepadaku...!" Prahara hidup membarakan amarah hebat di hati Shalihah. Betapa tidak? Ia lahir membawa penyakit kronis yang pengobatannya butuh biaya besar. Itulah sebabnya ibunya tercinta rela jadi TKW demi kelangsungan hidup Shalihah. Tapi, justru di negeri orang itulah, ibunya divonis mati dengan tuduhan penuh fitnah yang menguburkan rasa keadilan. Bagaimanakah pergulatan jiwa dan ruhani Shalihah? Bagaimanakah ia menempuh kesumatnya kepada Tuhan? Madah Cinta Shalihah ini mengingatkan kita semua betapa keterpurukan ekonomi dan prahara jiwa amat bertenaga menyeret hidup kita pada hal-hal yang bahkan amat mengerikan, secara psikologis, sosial, dan sekaligus spiritual, kendati sejatinya di atas semua ujian hidup itu kita mesti tetap tersenyum karena selalu ada Sentuhan Cinta Ilahi yang amat lembut dan menenteramkan jiwa.... "Mengharukan, mendebarkan, kadangkala terasa satir dan miris. Novel ini menempa kita utnuk mengarungi kehidupan dengan penuh optimis dan bersandar pada Cinta Suci-Nya...." Anam Khairul Anam, pengarang novel best-seller Dzikir-dzikir Cinta . "Tak sepatutnya kita berputus asa dari kasih sayang Allah. Shalihah adalah cermin dari cermin-cermin jiwa kita semua yang mudah retak diterpa beragam prahara. Novel ini adalah obat mujarabnya...." Kuswaidi Syafi'ie, sastrawan sufi dan editor. "Seperti Wo Ai Ni Allah, Vanny tetap menggetarkan dan mengharukan setiap hati pembacanya kala bertutur tentang pencarian makna hidup dan kasih sayang Tuhan. Novel ini menginspirasikan kedewasaan dalam memaknai kehidupan duniawi dan ukhrawi...."