Format
Soft Cover
Penulis
Pramoedya Ananta Toer
Kategori
Buku
Puisi & Sastra
Sastra

Bahasa
Indonesia (13)
(2)

Hasil: 1 - 15 dari 15
GRIDLIST
1.
1000 Wajah Pram Dalam Kata dan Sketsa oleh Pramoedya Ananta Toer
Soft Cover, Februari 2009
Stock tidak tersedia
Buku ini disusun sebagai usaha kecil menggarisbawahi bagaimana Pramoedya Ananta Toer tak pernah habis. Banyak suara dan kesaksian yang terangkum. Ditulis dari pelbagai penjuru pandangan. Pram selalu punya pembaca yang fanatik, pemerhati yang tekun dan sekaligus lawan-lawan teks maupun lawan tas politik kebudayaan yang sudah dipilihnya dengan sikap yang penuh tanggung jawab. Setiap pengarang, dalam posisi itu, mestilah bertanggung jawab atas semua yang ditulisnya. Tak boleh lari. Pengarang ...
2.
Anak Semua Bangsa oleh Pramoedya Ananta Toer
Soft Cover, 2006
Stock tidak tersedia
Kehadiran roman sejarah ini, bukan saja dimaksudkan untuk mengisi sebuah episode berbangsa yang berada di titik persalinan yang pelik dan menentukan, namun juga mengisi isu kesusastraan yang sangat minim menggarap periode pelik ini. Karena itu hadirnya roman ini memberi bacaan alternatif kepada kita untuk melihat jalan dan gelombang sejarah secara lain dan dari sisinya yang berbeda. Tetralogi ini dibagi dalam format empat buku. Pembagian ini bisa juga kita artikan sebagai pembelahan pergerakan ...
3.
Bukan Pasar Malam oleh Pramoedya Ananta Toer
Soft Cover, 2007
Stock tidak tersedia
Perjalanan seorang anak revolusi yang pulang kampung karena ayahandanya jatuh sakit. Dari seputaran perjalanan itu, terungkap beberapa potong puing gejolak hati yang teka pernah teranggap dalam gebyar-gebyar revolusi. Dikisahkan bagaimana keperwiraan seseorang dalam revolusi pada akhirnya melunak ketika dihadapkan pada kenyataan sehari-hari: ia menemukan ayahnya yang seorang guru yang penuh bakti tergolek sakit karena TBC, anggota keluarganya yang miskin, rumah tuanya yang sudah tidak kuat ...
4.
Cerita Calon Arang oleh Pramoedya Ananta Toer
Soft Cover, 2003
Stock tidak tersedia
Cerita Calon Arang bertutur tentang kehidupan seseorang perempuan tua yang jahat. Pemilik teluh hitam dan penghisap darah manusia. Ia pongah. Semua lawan "politik"nya dibabatnya. Yang mengkritik dihabisinya. Ia senang menganiaya sesama manusia, membunuh, merampas, dan menyakiti. Ia mempunyai banyak ilmu ajaib untuk membunuh orang... murid-muridnya dipaksa berkeramas, berkeramas dengan darah manusia. Kalau mereka sedang berpesta tak ubahnya dengan sekawanan binatang buas, takut orang melihatnya ...
5.
Cerita dari Digul oleh Pramoedya A. Toer
Soft Cover, 2001
Stock tidak tersedia
Antologi kisah sejati para Digulis untuk bertahan hidup di tanah buangan, Digul. ...
6.
Cerita Dari Digul oleh Pramoedya Ananta Toer
Soft Cover, Oktober 2015
Stock tidak tersedia
Cerita dari Digul merupakan kumpulan tulisan karya para eka-Digulis. Mereka pernah dibuang sebagai tahanan politik semasa pemerintahan kolonial hindia-belanda. Berbagai cerita itu, yang sungguh-sungguh terjadi, mengisahkan suka-duka mereka dalam mempertahankan hidup di tanah buangan Digul, Papua Barat. Getir dan mengharukan. ...
7.
Gadis Pantai oleh Pramoedya Ananta Toer
Soft Cover, 2003
Stock tidak tersedia
Gadis pantai lahir dan tumbuh di sebuah kampung nelayan di jawa tengah, kabupaten rembang. Seorang gadis yang manis. Cukup manis untuk memikat hati seorang pembesar santri setempat; seorang jawa yang bekerja pada (administrasi) belanda. Dia diambil menjadi gundik pembesar tersebut dan menjadi mas nganten: perempuan yang melayani "kebutuhan" seks pembesar sampai kemudian pembesar memutuskan untuk menikah dengan perempuan yang sekelas atau sederajat dengannya. Mulanya, perkawinan itu memberi ...
8.
Jejak Langkah oleh Pramoedya Ananta Toer
Soft Cover, 2007
Stock tidak tersedia
Kehadiran roman sejarah ini, bukan saja dimaksudkan untuk mengisi sebuah episode berbangsa yang berada di titik persalinan yang pelik dan menentukan, namn juga mengisi isu kesusastraan yang sangat minim menggarap periode pelik ini. karena itu hadirnya roman ini memberi bacaan alternatif kepada kita untuk melihat jalan dan gelombang sejarah secara lain dan dari sisinya yang berbeda. Tetralogi ini dibagi dalam format empat buku. pembagian ini bisa juga kita artikan sebagai pembelahan ...
9.
Mangir
(Cetak Ulang Cover Baru)
oleh Pramoedya Ananta Toer
Soft Cover, Juli 2011
Stock tidak tersedia
Setelah Majapahit runtuh pada 1527. Jawa kacau balau dan bermandi darah. Kekuasaan tak berpusat, tersebar praktis di seluruh kadipaten, kabupaten, bahkan desa. Perang terus-menerus menjadi untuk memperebutkan penguasa tunggal. Permata-permata kesenian, baik dibidang sastra, musik, dan arsitektur tidak lagi ditemukan. Selama hampir satu abad jawa di kungkung oleh pemerintah teror, yang berpolakan tujuan menghalalkan cara. ...
10.
Mangir oleh Pramoedya Ananta Toer
Soft Cover, Agustus 2015 Rp. 75.000 Rp. 56.250 (25% OFF)
Stock di Gudang Supplier
Setelah Majapahit runtuh pada 1527. Jawa kacau balau dan bermandi darah. Kekuasaan tak berpusat, tersebar praktis di seluruh kadipaten, kabupaten, bahkan desa. Perang terus-menerus menjadi untuk memperebutkan penguasa tunggal. Permata-permata kesenian, baik dibidang sastra, musik, dan arsitektur tidak lagi ditemukan. Selama hampir satu abad jawa di kungkung oleh pemerintah teror, yang berpolakan tujuan menghalalkan cara. ...
11.
Midah si Manis Bergigi Emas oleh Pramoedya Ananta Toer
Soft Cover, 2003
Stock tidak tersedia
Pramoedya Ananta Toer lahir di Blora pada 6 Februari 1925. Selain sebagai pengarang, bermacam profesi telah dijalani Pramoedya seperti juru ketik Kantor Berita Dome (1942-1944), wartawan majalah Sadar (1947) dab kenber "Lentera" suratkabar Bintang Timur (1962-1965), dan dosen di Fakultas Sastra Universitas Res Publica (1936-1965) serta di Akademi Jurnalistik Dr. Rivai (1964-1965). Menulis sejak di bangku sekolah dasar, hingga kini Pramoedya telah menghasilakn tidek kurang dari 35 buku, fiksi ...
12.
Panggil Aku Kartini Saja oleh Pramoedya Ananta Toer
Soft Cover, September 2015
Stock tidak tersedia
Tahun 1899 seorang perempuan berdarah ningrat menolak disapa Raden Ajeng. Sebagai putri bupati, ia sebenarnya berhak menerima penghormatan itu. Tapi ia menolaknya dengan segala alasan. Di sepucuk suratnya, perempuan itu menulis: Panggil Aku Kartini saja, itulah namaku! Kartini yang kita tahu bukan sekadar pelopor emansipasi perempuan, melainkan juga “pengkritik yang tangguh dari feodalisme budaya Jawa dengan segala tetek bengek kerumitannya”, sekaligus juga sebagai “pelopor dari sejarah ...
13.
Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer oleh Pramoedya Ananta Toer
Soft Cover, Agustus 2015 Rp. 60.000 Rp. 45.000 (25% OFF)
Stock di Gudang Supplier
----- catatan pulau buru ----- " ... kalian para perawan, telah aku susun surat ini untuk kalian, bukan saja agar kalian tahu tentang nasib buruk yang biasa menimpa para gadis seumur kalian, juga agar kalian punya perhatian terhadap sejenis kalian yang mengalami kemalangan itu... Surat kepada kalian ini juga semacam pernyataan protes, sekalipun kejadiannya telah puluhan tahun lewat..." PRAMOEDYA ANANTA TOER ...
14.
Rumah Kaca oleh Pramoedya Ananta Toer
Soft Cover, 2007
Stock tidak tersedia
Kehadiran roman sejarah ini, bukan saja dimaksudkan untuk mengisi sebuah episode berbangsa yang berada di titik persalinan yang pelik dan menentukan, namun juga mengisi isu kesusastraan yang sangat minim menggarap periode pelik ini. Karena itu hadirnya roman ini memberi bacaan alternatif kepada kita untuk melihat jalan dan gelombang sejarah secara lain dan dari sisinya yang berbeda. Tetralogi ini dibagi dalam format empat buku. Dan roman keempat, Rumah Kaca, memperlihatkan usaha kolonial ...
15.
Sekali Peristiwa di Banten Selatan oleh Pramoedya Ananta Toer
Soft Cover, 2004
Stock tidak tersedia
Novel ini merupakan hasil `reportase` singkat Pramoedya Ananta Toer DI wilayah Banten Selatan Yang subur tapi rentan dengan penjarahan dan pembunuhan. Tanah yang subur tapi masyarakatnya miskin, kerdil, tidak berdaya, lumpuh daya kerjanya. Mereka diisap sedemikian rupa. Mereka dipaksa hidup dalam tindihan rasa takut yang memiskinkan. Tubuh boleh disekap, ditendang, diinjak-injak, tapi semangat hidup tak boleh redup. Menurut Pram, semangat hidup itulah yang membuat sesorang bisa hidup dan ...