“Bau yang disebarkan gadis-gadis bagai air mukjizat kemudaan bagi para pria tua” Bermula mencita-citakan pelukis sebagai profesi, Kawabata justru terjun kedalam ranah menulis, dimulai dari menjadi anggota redaksi majalah, kini Kawabata mulai bersastra degan gaya neo-sesualismenya. Novel ini adalah salah satunya. Yasunari Kawabata berusaha menyingkapkan rahasia kaum pria tua yang gemar melepaskan nafsu jasmaniahnya kepada gadis-gadis muda, Eguci salah satunya. Menurutnya, seks adalah sebuah petualangan karena ia dapat merasakan hal-hal baru dari apa yang ia lakukan. Alih-alih tahu keberadaan rumah perawan dari sahabatnya, Eguci pun berkunjung bebekalkan rasa penasaran. Menurut pengelola rumah, hanya para tamu yang datang adalah tamu-tamu terhormat yang bisa dipercaya. Penggunaan kata buku ini sangat efisien, ringkas dan jelas tanpa mengurangi makna yang ingin disampaikan. Bahkan jika diperhatikan, Kawabata secara tersirat melambangkan fenomena itu sebagai cumbuan meraba ajal yang sudah menanti diambang hidup.