Dedikasi dan cinta Lan Fang pada sastra Indonesia tak diragukan lagi. Ia lebih memilih mencari nafkah dari menulis dibanding memanfaatkan gelar sarjana hukumnya. Dari karya-karyanya itulah dia merasa hidup.
Semangat pluralisme yang dimiliki Lan Fang mengantarnya menjadi semacam ikon. Terlahir sebagai perempuan keturunan Tionghoa, tak menghentikan Lan Fang untuk membagikan ilmunya ke setiap orang tanpa pandang bulu. Ia bahkan tak sungkan masuk ke pesantren untuk memberikan pelatihan menulis. Lan Fang meninggalkan warisan karya berupa novel, cerpen, esai, hingga puisi. Namun terutama, ia meninggalkan warisan semangat untuk kita semua.
Dan salah satu warisan karyanya adalah buku yang sedang Anda pegang. Kumpulan puisi ini diterbitkan posthumous—setelah sang penulis meninggal dunia—menjadi satu karya yang akan kita kenang dari seorang perempuan hebat dalam jagat sastra Indonesia.
In memoriam: Lan Fang (5 Maret 1970 – 25 Desember 2011)
Dilahirkan di Banjarmasin pada tanggal 5 Maret 1970 dari pasangan Johnny Gautama dan (Alm.) Yang Mei Ing, sebagai anak sulung dari dua bersaudara. Adiknya bernama Janet Gautama. Pada tahun 1988, ia menyelesaikan SMA-nya di Banjarmasin lalu meneruskan dan menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Surabaya (UBAYA).Walaupun terlahir dalam keluarga keturunan Cina yang cukup konservatif dan lebih berkonsentrasi kepada dunia bisnis, Lang Fang sudah suka menulis dan membaca sejak usia sekolah dasar.Sebetulnya keinginan Lan Fang untuk menulis cerpen sudah mulai ada sejak SMP ketika bacaannya mulai beralih kepada majalah-majalah remaja seperti Anita Cemerlang dan Gadis. Tetapi karena dianggap "ganjil" dan "tidak tertangkap mata" oleh keluarga, tidak ada motivasi kuat untuk mempertajam talentanya. Keinginan menulis pun terlupakan begitu saja.