Seperti kebahagiaan yang bisa datang ketika tidak diharapkan, demikianlah puisi bertebaran di mana-mana bagi mata hati yang memang terbuka untuk menangkapnya: seperti buku puisi ini telah membuktikannya kepada saya, ketika kloset seperti sering kita lupakan, meski selalu mengalaminya dijelmakannya sebagai ruang kehidupan budaya. (Seno Gumira Ajidarma, dalam Kata Pengantar)...
Hanya puluhan menit untuk dibaca cepat, beberapa jam menghayati tulisannya, tetapi terus hidup bagaikan sebuah sumbu yang menyinari kesadaran dan keberpihakan kita. Puisi Rieke merupakan potret kepedihan, ketegaran, kepongahan dalam cinta, angan-angan dan keniscayaan politik... semua dalam paket yang nikmat untuk orang biasa, walaupun penuh ketajaman yang tidak biasa. (Wimar Witoelar, mantan juru bicara mantan Presiden Abdurrahman Wahid)
Rieke Diah Pitaloka atau Keke, lahir di Garut, Jawa Barat, 9 Januari 1974. Setelah lulus dari Fakultas Sastra Belanda Universitas Indonesia ia mengikuti Program Pasca Sarjana Ilmu Filsafat di Universitas yang sama. Menulis puisi dilakukannya di tengah-tengah aktivitasnya sebagai sinetron dan model iklan. Renungan Kloset, dari Cengkeh sampai Utrech merupakan buku kumpulan puisi pertamanya. Sebelum itu ia juga terlibat dalam gerakan prodemokrasi di Indonesia, karena beberapa puisinya merupakan "laporan langsung" dari demonstrasi yang tengah diikutinya. Sementara puisi yang lain merupakan pencerminan dari pandangannya terhadap masalah sosial, politik, dan gender. Namun demikian, ia tetaplah seorang perempuan yang romantis, sehingga tema cinta tetap menjadi bagian dari kumpulan puisi ini.
oleh Dyah Merta, Happy Salma, Harsutejo, Linda Christanty, Martin Aleida, Oka Rusmini, Pranita Dewi, Putu Oka Sukanta, Rieke Diah Pitaloka, Sihar Ramses Simatupang, Soeprijadi Tomodihardjo, T Iskandar AS, Yonathan Rahardjo