“Namanya Sherly. Gadis kecil usia 11 tahun yang sangat menyukai kue manis buatan nenek. Hari itu, dia beringsut bangkit dari sofanya karena mendengar pesan dari ibu, “Ada kue manis yang disiapkan nenek untukmu.” Matanya jadi berbinar-binar. Ia antusias. Sherly bergegas menyiapkan sepeda mungilnya, menyegerakan untuk menuju rumah neneknya yang cuma berjarak 10 menit bersepeda. Tapi bagi gadis kecil, jarak 10 menit bersepeda tetap menjadi sebuah tantangan. Di tengah jalan, tak sampai semenit mengayuh, hujan turun cukup deras. Sherly kecil agak kaget. Badannya basah kuyup. Tapi Sherly terus mengayuh. Anehnya, dia mengayuh dengan bahagia. Sherly bernyanyi dan sesekali bersiul-siul kecil. Suasana hatinya cerah, tak terpengaruh hujan, tak terpengaruh mendung. Di kepalanya terbayang kue manis yang disiapkan nenek. Baginya, itu kue terlezat di dunia.” Kisah Sherly adalah gambaran inti dari keseluruhan buku ini. Lewat buku ini, aku ingin mengajak kamu agar bisa bahagia seperti Sherly. Bahagia yang kamu produksi mandiri. Bahagia tanpa perlu menunggu. Bahagia yang bersumber dari pikiran-pikiranmu yang baik dan tangguh. Aku harap buku ini bisa bantu meluaskan insight-mu agar kamu jadi makin tangguh. Tangguh pikirannya, juga tangguh jiwanya. Agar kamu bisa memproduksi bahagiamu sendiri, tanpa terpengaruh kerasnya badai. Semoga kisah Sherly ini bisa buat kamu terinspirasi, syukur-syukur tergerak untuk belajar jadi lebih kuat sepertinya. Bahwa, meski kita dikepung badai sehebat apa pun, asalkan kita punya kue manis yang diperjuangkan, asalkan kita terus mengayuh sepeda tanpa henti, kita masih bisa melalui badai itu dengan bahagia. Selamat membaca.