Di malamnya yang ke-518, Indra terdampar di kaki Pegunungan Kendeng. Di antara desah napas masa lalunya. Ia beradaptasi dengan kehidupan baru di Desa Sekar Wangi.
Secara perlahan, kasihnya yang merupakan bagian masa lalunya, meresap pada orang-orang di sekitarnya. Sesuatu yang seharusnya tidak boleh terjadi. Karena, masa lalu dan kasihnya adalah maut.
Indra berdiri di Waduk Kedung Ombo, menatap airnya yang keruh dengan lumpur korupsi. Bangsanya penuh lumpur! Namun, ia hanya bisa berdiri tegak dengan bayangan bengkok.
Siapa Indra sesungguhnya? Apa yang dilakukannya? Malam Tanpa Bintang mengiringi langkah-langkahnya yang berat.