Pencarian

Brand
Iiman
Penulis
ENANG ROKAJAT ASURA
Kategori
Buku
Fiksi (3)

Format
Soft Cover (5)

Bahasa
Indonesia (5)

Hasil: 1 - 5 dari 5
GRIDLIST
1.
Air Mata Surga
Gadis Kecil Yatim Piatu berjuang melawan Kangker ganas
oleh Enang Rokajat Asura
Soft Cover, Mei 2012
Stock tidak tersedia
Tim dokter dibuat tercengang dengan kesabaran yang diperlihatkan Baraah Saamehh, sementara paman dan bibinya tak kuasa menahan derai air mata. Setelah diamputasi kakinya untuk menghambat penyebaran sel kanker osteosarcoma, penyakit ganas itu sudah menyerang otak. Apa kata gadis kecil penghafal Al-Qur’an ini sebelum masuk ruang operasi? “Alhamdulillah, aku akan segera bertemu dengan Baba dan Mama di surga.” Semua teman dan keluarga terkejut. ...
2.
No Image Available
Wangsit Siliwangi oleh Enang Rokajat Asura
Soft Cover, Oktober 2009
Stock tidak tersedia
Wangsit Siliwangi selalu mengundang rasa penasaran, sebab amanat ini penuh misteri. Salah satu ungkapan dalam wangsit disebutkan kalau pada suatu saat akan ada yang menelusuri sejarah Sunda yang sebenarnya, hanya semakin menambah rasa penasaran dari novel ini bahwa sejarah Sunda belum benar-benar terkuak.”Aan Merdeka Permana, Pemimpin Redaksi Majalah Sunda Ujung Galuh, penulis novel Perang Bubat, dan novel Trilogi Senja Jatuh di Pajajaran Ketegangan antara Prabu Siliwangi dan Pangeran ...
3.
No Image Available
Children of Heaven oleh Enang Rokajat Asura
Soft Cover, Agustus 2008
Stock tidak tersedia
4.
SULUK GUNUNG JATI oleh ENANG ROKAJAT ASURA
Stock tidak tersedia

“Kau adalah kujang mungil, ditempa dari wesi kuning, dari bumi Sunda berada, melanglang menunjuk langit,” getar nini paraji yang mengiringi sukma dan asma Syarif Hidayatullah. Ia kemudian menjelma menjadi seorang raja yang juga ulama–kelak dikenal sebagai Sunan Gunung Jati–meneruskan jejak para leluhur. Bila langkah Nyimas Rarasantang–ibunda Sunan Gunung Jati–melakukan perjalanan spiritual mencari Nur Muhammad dimulai dari Keraton Pajajaran – Amparan Jati – Pasai – Campa – Mekkah, Sunan Gunung Jati menempuh dari arah sebaliknya. Pertemuan dengan Sunan Ampel merupakan titik awal pembagian daerah dakwah, sekaligus upaya rekonsiliasi Sunda-Jawa pasca Perang Bubat.

 

Bagaimana Sunan Gunung Jati menghadapi eyangnya sendiri di Pakuan Pajajaran yang berbeda keyakinan? Nglurug tanpa bala kalah tanpa ngasorake dan desa mengurung kota, langkah yang kemudian ditempuhnya. Langkah ini tidak saja berhasil menyebarkan Islam kepada leluhur, tapi juga memperkuat barisan pertahanan. Sehingga ketika medan jihad terbuka, laskar Islam di bawah komandonya, tidak saja berhasil mengusir Portugis tapi sekaligus meruntuhkan Pakuan Pajajaran. Sikapnya sebagai pandhita ratu terlukis kuat saat menghadapi ulama kontroversial–Syaikh Siti Jenar. Ketika Syaikh Siti Jenar diundang ke Cirebon dan mengatakan: ‘Tidak ada Siti Jenar, yang ada Gusti Allah’, Sunan Gunung Jati pun membalas: ‘Ya sudah panggil Gusti Allah ke sini.’ Kekerabatan kedua ulama ini tidak semata terikat oleh Syaikh Nurjati–pamanda Syaikh Siti Jenar–tapi buah dari saling memahami ajaran yang berbeda. Sunan Gunung Jati termasuk yang ‘pasang badan’ pada saat Dewan Wali hendak ‘mengadili’ Syaikh Siti Jenar.

 

“Kau bicara seperti itu kepada santri-santrimu?”

“Tentu saja, karena ilmu ruhani harus diajarkan kepada semua orang. Dengan membuka tabir itulah orang-orang akan mengetahui hakikat kehidupan dan rahasia hidupnya.”

“Kalau badan tidak ada sementara yang aku lihat adalah badan, siapa sesungguhnya yang sedang bicara denganku sekarang ini?” pancing Sunan Gunung Jati.

“Aku mengajarkan ilmu agar manusia benar-benar dapat merasakan kemanunggalan. Selain kemanunggalan hanyalah bangkai”, ujar Syaikh Siti Jenar.

 

 

...
5.
No Image Available
GEMBLAK : Tragedi Cinta Budak Homoseks oleh Enang Rokajat Asura
Soft Cover
Stock tidak tersedia
GEMBLAK, jimat dan reyog, adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan warok. Penggemblakan adalah praktik homoseksual yang diterima begitu saja, bahkan diakui, oleh sebuah masyarakat di daerah Jawa Timur sebagai bagian dari tradisi mereka. Tradisi itulah yang kemudian di bawa ke tengah oleh penulis novel ini. Bermula dari himpitan persoalan sosial dan ekonomi, Sapto Linggo, sang tokoh utama, harus merelakan dirinya menjadi "piaraan" seorang warok sakti dari daerah Maguan. Namun ...