Berbulan-bulan Raden Sahid menanti dalam kesendirian. Di hutan Jatiwangi, di pinggir kali nan senyap itu. Ia habiskan waktu untuk bermeditasi, mengingat kepada Gusti Allah. Badan kurus, kulit tak lagi halus, rambut pun awut-awutan. Belum lagi pakaian yang sudah sangat tak layak menempel di tubuh putra adipati itu. Ia memang setia pada janjinya, tinggal di pinggir kali demi menanti sang calon guru. Tetap pada kekokohan hati. Tak ada lagi harapan baginya selain ingin menjadi manusia baru. ...

Mereka yang telah mengenal hakikat, tak lagi memedulikan raganya. Tubuh kasar tak ubah-nya hijab terluar dari Wujud Tuhan. Bagi orang lain, mereka tak ubahnya seperti 'orang giia1. Rada kenyataannya, mereka telah majnun atau gila. Tergila-gila kepada Tuhannya. Linglang-linglung, lupa daratan, duduk dengan melo-ngo, terbenam senang dari syahwat hingga jiwa dan raga sendiri tak lagi diingatnya. Hanya Gusti Allah saja yang ada dalam dirinya ... Inilah yang disebut Thariq Majnun Rabbani, Jalan ...

Dewaruci berkata, "Mana yang lebih besar, kamu atau dunia dan seisinya ini? Semua termasuk gunung, laut, dan hutan tidak akan sesak masuk ke dalam perutku." (Serat Dewaruci, V:2) *** Nafsu putih inilah yang senyatanya, yaitu hati yang tenang suci yang tak berkeinginan ini dan itu, yang menyelimuti kebahagiaan. (Serat Dewaruci, V:12) *** Serat Dewaruci adalah salah satu karya dari pujangga lama, yaitu Yasadipura I. Kekuatan ajarannya tentang arti kehidupan masih ...