New York, the city that never sleeps. Seperti istilahnya itu, New York juga menjadi kota dimana orang-orang mencoba untuk tidak henti-hentinya berjuang.
Mereka berjuang mencari jawaban akan kepastian
Mereka berjuang membalikkan nasib hidup jadi lebih baik
Mereka berjuang menggapai mimpi agar tak hanya jadi angan saja dan
Mereka juga berjuang menemukan inspirasi tuk terus berkarya.
Raia adalah salah satu dari mereka yang mempertaruhkan masa depannya di New York. Kota Big Apple itu bak labuan hatinya untuk keluar dari kebuntuan inspirasi setelah bercerai. Raia sudah sekian bulan belum memenuhi laptop dengan draft-draft berisi tulisannya. Sampai dia memutuskan untuk terbang ke New York. Berharap mendapatkan inspirasi sepadan untuk membuat karya baru. Dua bulan di New York sudah berlalu. Raia masih saja tetap terjerat dalam situasi terberat para penulis sepertinya, yaitu writer’s block.
Hingga dirinya bertemu dengan River. Seorang pria yang terbilang pendiam, tidak banyak omong. Selalu saja berkutat dengan buku gambarnya. Keduanya memutuskan untuk berkeliling kota New York bersama. Raia mencari inspirasi untuk tulisannya, River mencari inspirasi untuk gambarnya. Kegiatan itu pun jadi sebuah pola kehidupan sehari-hari mereka berdua. Dari situ Raia belajar untuk melihat kota tersebut dari sisi yang berbeda. Setiap tempat, dari isi bangunan sampai bangunan luarnya pun punya cerita. Baik itu cerita menyenangkan, maupun memilukan
Begitu pula dengan manusia. “Every person has at least one secret that will break your heart”. Mereka juga punya kisahnya sendiri. Mereka punya masa lalu masing-masing. Raia terkekang oleh perceraiannya. Pun dengan River. Apa yang dulu pernah terjadi pada masa lalu River? Dapatkah Raia dan River keluar dari bayang-bayang masa lalunya? Ikuti kisah mereka dalam novel karya Ika Natassa berjudul The Architecture of Love. Ika Natassa tidak hanya fokus berkarir sebagai banker, tetapi juga telah menulis beberapa buku yang masuk kategori novel bestseller.
IKA NATASSA is an Indonesian author who is also a banker at the largest bank in Indonesia and the founder of LitBox, the first literary startup of its kind in the country, which combines the concept of mystery box and online promotions for writers.
She loves writing since since was a little kid and finished writing her first novel in English at the age of 19. She is best known for writing a series of popular novels focusing on the lives of young bankers in Indonesia. Her debut novel A Very Yuppy Wedding is published in 2007, and she has released six books since: Divortiare (2008), Underground (2010), Antologi Rasa (2011), Twivortiare (2012), Twivortiare 2 (2014), and Critical Eleven (2015). A Very Yuppy Wedding is the Editor's Choice of Cosmopolitan Indonesia magazine in 2008, and she was also nominated in the Talented Young Writer category in the prestigious Khatulistiwa Literary Award in the same year. She loves to experiment with writing methods, Twivortiare and Twivortiare 2 are the two novels she wrote entirely on Twitter. Antologi Rasa and Twivortiare are currently being adapted into feature films by two of the most prominent production houses in Indonesia.